JURNAL PRAKTIKUM
FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID
(Pasta dan Gelly)
Oleh
Elias jacob pesiwarissa
09. 025
Akademi Farmasi
Putra Indonesia Malang
BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Perkembanhgan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini
berdampak pada persaingan dunia usaha yang semakin meningkat terutama dibidang kefarmasian yaitu
obat-obatan yang sering dijumpai dimasyarakat dengan berbagai variasi antara
lain sediaan
padat seperti tablet, kapsul; sediaan setengah padat misalnya salep, cream, pasta dan jel, serta bentuk sediaan cair yaitu suspensi dan emulsi. Masing –masing bentuk sediaan tersebut memiliki fungsi dan khasiat beragam yang dapat
digunakan sebagai obat untuk pemakaian
dalam (oral) misalnya tablet dan kapsul dan pemakian luar (topikal),seperti;
salep, krim, pasta dan jelly yang penggunaannya dapat dioleskan pada bagian yang diinginkan.
Sediaan pasta dan jelly banyak digemari ole masyarakat karena praktis dan tidak
menimbulkan efek samping yang berlebihan.
Pasta merupakan sediaan berupa massa
lunak yang dimaksudkan untuk pemakaian luar yakni yang biasanya dibuat dengan
mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan vaselin
atau parafin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak. Dimana sebagai bahan dasar salep digunakan
vaselin, parafin cair, bahan tidak berlemak seperti Glycerinum, mucilago atau
sabun dan digunakan sebagai antiseptik atau pelindung kulit. Karena itu
merupakan salep yang tebal, kaku, keras dan tidak melele pada suhu tubuh.
Komposisi salep memungkinkan penyeapan pelepasan cairan berair yang tidak
normal dari kulit. Karena jumlah lemak lebih sedikit dibanding serbuk padatnya
supaya homogen lemak-lemak ini harus dilelehkan dahulu.
Berbeda halnya dengan gel didefinisikan
sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu dispersi yang
tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar
atau saling diserapi cairan. Gel
satu fase merupakan gel dalam amna makro molekulnya disebarkan keseluruh cairan
sampai tidak terlihat ada batas diantaranya. Dalamm hal dimana massa gel
terdiri dari kelompok-kelompok partikel kicil yang berbeda, maka gel
dikelompokkan sebagai sistim dua fase dan sering disebut magma atau susu. Gel
dan magma dianggap sebagai dispersi koloidal oleh karena masing-masing
mengandung partikel-partikel dengan ukuran koloidal.
1.2 Tujuan
1. Untuk Mengetahui
cara pembuatan sediaan Pasta dan
jelly
2. Untuk mengaplikasikan teori pembuatan sediaan Pasta
dan Jelly.
3. Memahami cara pembuatan formula dalam pembuatan pasta
dan jelly
BAB
11
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.DasarTeori
A. PASTA
·
Pasta adalah : sediaan semi
padat yang mengandung satu atau lebih
bahan obatyang ditunjukan untuk pemakaian (Topikal) luar
·
Pasta
adalah salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat serbuk.
Karena merupakan salep yang tebal, keras dan tidak meleleh pada suhu badan maka
digunakan sebagai salep penutup atau pelindung. (buku farmasetika, prof.
Drs. Moh. Anief, Apt.)
·
Menurut
farmakope Indonesia edisi ke-3 adalah sediaan berupa
masa lembek yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Biasanya dibuat dengan
mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar denngan
vaselin atau paravin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat
dengan Gliserol, musilago atau sabun. Digunakan sebagai antiseptik, atau
pelindung.
·
Sedangkan
menurut farmakope Indonesia edisi ke-4 adalah sediaan semi
padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang digunakan untuk pemakaian
topical.
·
Menurut DOM, Pasta
adalah sediaan semi padat dermatologis yang menunjukkan aliran dilatan yang
penting. Ketika digunakan, pasta memiliki nilai yield tertentu dan tahan untuk
mengalir meningkat dengan meningkatnya gaya pada penggunaan. Pasta biasanya
disiapkan dengan menambahkan sejumlah serbuk yang tidak larut yang signifikan
(biasanya 20% atau lebih) pada basis salep konvensional sehingga akan merubah
aliran plastis dari salep menjadi aliran dilatan.
·
Menurut Scoville’s , Pasta
terkenal pada daerah dermatologi dan tebal, salep kental dimana pada dasarnya
tidak melebur pada suhu tubuh, sehingga membentuk dan menahan lapisan pelindung
pada area dimana pasta digunakan.
·
Menurut Prescription, Pasta
terbagi menjadi dua kelas seperti sediaan salep untuk penggunaan luar. Pasta
berlemak seperti pasta ZnO dan pasta tidak berlemak mengandung gliserin dengan
pektin, gelatin, tragakan dan lain-lain. Pasta biasanya sangat kental atau kaku
dan kurang berlemak dibandingkan dengan salep dimana bahan-bahan serbuk seperti
pati, ZnO dan kalsium karbonat pada basisnya memiliki bagian yang tinggi.
Sehingga secara umum
pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan
obat yang digunakan secara topikal. Biasanya mengandung serbuk sampai 50%
hingga pasta lebih kaku dan kental dan kurang berminyak dibandingkan salep.
Pasta tidak melebur pada suhu tubuh dan memberi perlindungan berlebih pada
daerah dimana pasta digunakan.
2.2. Macam
–macam Pasta
·
Pasta berlemak adalah : suatu salep
yang mengandung lebih dari 50 % zat padat (serbuk).
·
Pasta kering adalah : suatu pasta bebas lemak mengandung 60% zat
padat (serbuk). Dalam pembuatan akan terjadi kesukaran bila dalam resep
tertulis ichthanolum atau Tumenol Ammonim zat ini akan menjadikan pasta menjadi
encer.
·
Pasta pendingin : merupakan
campuran serbuk minyak lemak dan cairan
berair contoh : salep tiga dara.
2.3.Karakteristik
Pasta
1.
Daya adsorbs pasta lebih besar
2.
Sering digunakan untuk mengadsorbsi sekresi
cairan serosal pada tempat pemakaian, sehingga cocok untuk luka akut.
3.
Tidak sesuai dengan bagian tubuh yang
berbulu.
4.
Mengandung satu atau lebih bahan obat yang
ditujukan untuk pemakaian topikal.
5.
Konsistensi lebih kenyal dari unguentum.
6.
Tidak memberikan rasa berminyak seperti
unguentum.
7.
Memiliki persentase bahan padat lebih besar
dari pada salep yaitu mengandung bahan serbuk (padat) antara 40 %- 50 %
2.4.
Kelebihan Pasta
v Pasta
mengikat cairan secret, pasta lebih baik dari unguentum untuk luka akut dengan
tendensi mengeluarkan cairan
v Bahan obat dalam pasta lebih melekat pada
kulit sehingga meningkatkan daya kerja local
v Konsentrasi lebih kental dari salep
v Daya adsorpsi sediaan pasta lebih besar dan
kurang berlemak dibandingkan dengan sediaan salep.
2.5.Kekurangan
Pasta
·
Karena sifat pasta yang kaku dan tidak
dapat ditembus, pasta pada umumnya tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian
tubuh yang berbulu.
·
Dapat mengeringkan kulit dan merusak
lapisan kulit epidermis
·
Dapat menyebabkan iritasi kuli.
2.6.
Cara
Absorbsi Pasta
a.
Penetrasi
Penetrasi
pasta ke dalam kulit dimungkinkan melalui dinding folikel rambut. Apabila kulit
utuh maka cara utama untuk penetrasi masuk umumnya melalui lapisan epidermis
lebih baik dari pada melalui folikel rambut atau kelenjar keringat. Absorpsi
melalui epidermis relatif lebih cepat karena luas permukaan epidermis 100
sampai 1000 kali lebih besar dari rute lainnya Stratum korneum, epidermis
yang utuh, dan dermis merupakan lapisan penghalang penetrasi obat ke dalam
kulit. Penetrasi ke dalam kulit ini dapat terjadi dengan cara difusi melalui
penetrasi transeluler (menyeberangi sel), penetrasi interseluler (antar sel),
penetrasi transepidageal (melalui folikel rambut, keringat, dan
perlengkapan pilo sebaseus)
b.
Disolusi
Disolusi
didefinisikan sebagai tahapan dimana pasta mulai masuk ke dalam larutan dari
bentuk padatnya atau suatu proses dimana suatu bahan kimia atau obat menjadi
terlarut dalam pelarut. Dalam sistem biologis pelarut obat dalam media
aqueous merupakan bagian penting sebelum kondisi absorpsi sistemik. Supaya
partikel padat terdisolusi molekul solut pertama-tama harus memisahkan diri
dari permukaan padat, kemudian bergerak menjauhi permuk aan memasuki pelarut
c.
Difusi
Difusi
adalah suatu proses perpindahan massa molekul suatu zat yang dibawa oleh
gerakan molekul secara acak dan berhubungan dengan adanya perbedaan konsentrasi
aliran molekul melalui suatu batas, misalnya membran polimer. Difusi pasif
merupakan bagian terbesar dari proses trans-membran bagi umumnya obat. Tenaga
pendorong untuk difusi pasif ini adalah perbedaan konsentrasi obat pada kedua
sisi membran sel. Menurut hukum difusi Fick, molekul obat berdifusi dari daerah
dengan konsentrasi obat tinggi ke daerah konsentrasi obat rendah.
2.7 Basis atau Pembawanya
Pada
dasarnya basis yang digunakan dalam formulasi sediaan pasta tidak jauh berbeda
dengan basis yang digunakan dalam formulasi sediaan salep, yaitu:
a. Basis
Hidrokarbon
Karakteristik :
·
Tidak diabsorbsi oleh kulit
·
Inert
·
Tidak bercampur dengan air
·
Daya adsorbsi air rendah
·
Menghambat kehilangan air pada kulit dengan
membentuk lapisan tahan air dan meningkatkan absorbsi obat melalui kulit.
·
Dibagi menjadi 5, yaitu : Soft paraffin,
Hard paraffin, Liquid paraffin, Paraffin substitute, paraffin ointment
·
Contoh : vaselin, White
Petrolatum/paraffin, White Ointment
b. Basis
Absorbsi
Karakteristik : bersifat hidrofil dan dapat menyerap
sejumlah tertentu air dan larutan cair.
Terbagi :
·
Non emulsi co, basis ini menyerap air untuk
memproduksi emulsi air dalam minyak Terdiri atas : Wool fat, wool
alcohols, beeswax and cholesterol.
·
Emulsi A/M co, terdiri atas : Hydrous wool
fat (lanolin), Oily cream.
c. Larut
Air
Misalnya PEG (polyethylene Glycol) yang mampu melarutkan
zat aktif yang tak larut dalam air dan meningkatkan penyebaran obat. Bersifat
stabil, tersebar merata, dapat mengikat pygmen dan higroskopis (mudah menguap),
sehingga dapat memberikan kenyamanan pada pemakaian sediaan pasta.
d. Air-misibel,
misalnya
salep beremulsi.
2.8. Evaluasi sediaan.
1) Pengamatan
organoleptis
Pemerian dilakukan pada
bentuk, warna,bau, dan suhu lebur.
2) Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah pada saat proses
pembuatan pasta bahan aktif obat dengan bahan dasarnya dan bahan tambahan lain
yang diperlukan tercampur secara homogen. Persyaratannya harus homogen,
sehingga pasta yang dihasilkan mudah digunakan dan terdistribusi merata saat
penggunaan pada kulit. Alat yg biasanya digunakan pada uji homogenitas adalah
roller mill, colloid mill, homogenizer tipe katup. Dispersi yang seragam dari
obat yang tak larut dalam basis maupun pengecilan ukuran agregat lemak
dilakukan dengan melalui homogenizer atau mill pada temperatur 30-40 0 C.
1. Letakan
0,5 gram sediaan pada obyek glass
2. Tutup
dengan obyek glass yang lain
3. Amati
homogenitasnya menggunakan lup.
3) Uji
Viskositas
Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir,
semakin tinggi viskositas, akan makin besar tahanannya. Nilai viskositas
dipengaruhi oleh zat pengental, surfaktan yang dipilih, proporsi fase
terdispersi dan ukuran partikel.
4) Uji
Stabilitas Fisik
Stabilitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk bertahan
dalam batas yang ditetapkan dan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan,
sifat karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat produk dibuat.
(Dirjen POM,1995)
Tujuan pemeriksaan kestabilan obat adalah untuk menjamin bahwa setiap bahan
obat yang didistribusikan tetap memenuhi persyaratan yang ditetapkan meskipun
sudah cukup lama dalam penyimpanan. Pemeriksaan kestabilan digunakan sebagai
dasar penentuan batas kadaluarsa , cara-cara penyimpanan yang perlu dicantumkan
dalam label (Lachman, 1994). Ketidakstabilan formulasi dapat dilihat dari
perubahan penampilan fisik, warna, rasa, dan tekstur dari formulasi tersebut,
sedangkan perubahan kimia yang terjadi hanya dapat dipastikan melalui analisis
kimia.
5) Pemeriksaan
konsistensi
Penetrometer adalah alat
yang digunakan untuk mengukur konsistensi atau kekerasan semisolid.
6) Pengukuran
diameter globul rata-rata
Pengukuran diameter
globul rata-rata dilakukan menggunakan mikroskop optik dengan perbesaran 100x.
7) Penetapan
kadar zat aktif
Penetapan kadar dapat
dilakukan dengan cara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).
8) Keseragaman
sediaan
Keseragaman sediaan dapat
ditetapkan dengan menggunakan dua metode, yaitu keragaman bobot dan keseragaman
kandungan. Persyaratan ini digunakan untuk sediaan yang mengandung dua atau
lebih zat aktif. Persyaratan keragaman bobot diterapkan pada produk yang
mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50% atau lebih , dari
bobot satuan sediaan. Keseragaman dari zat aktif lain, jika dalam jumlah kecil
ditetapkan dengan persyaratan keseragaman kandungan (Dirjen POM, 1995)
9) pH
Harga pH merupakan harga
yang diberikan oleh alat potensiometrik (pH meter) yang sesuai, yang telah
dibakukan sebagaimana mestinya , yang mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit
pH menggunakan elektroda indikator yang peka terhadap aktifitas ion hidrogen, elektroda
kaca, dan elektroda pembanding yang sesuai.
B. GELLY (jelly)
1.
Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat
dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,
terpenetrasi oleh suatu cairan. gel kadang – kadang disebut jeli. (FI IV, hal
7)
2.
Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat
dari zarah kecil senyawaan organik atau makromolekul senyawa organik,
masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan (Formularium Nasional,
hal 315)
1. penggolongan
Pengolongan (Disperse Sistem), (Lachman, hal 496)
A.
Berdasarkan sifat fasa koloid :
· Gel anorganik
(bahan yang berasal dari bahan kimia), contoh :
bentonit magma
· Gel organic (bahan yang
digunakan berasal dari alam),
pembentuk gel berupa polim
2.
Keuntungan dan Kekurangan Sediaan Gel
keuntungan Sediaan gel
· Hidrogel
(merupakan sediaan yang dapat dioleskan dan mengandung air lebih banyak 80-90%)
dan kemampuan
penyebarannya baik pada kulit
· efek pendinginan pada kulit saat
digunakan penampilan,
sediaan yang jernih dan elegan pada
pemakaian di kulit setelah kering meninggalkan film tembus pandang, elastis, daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori sehingga pernapasan
pori tidak terganggu
· mudah dicuci dengan air;
pelepasan obatnya baik; kemampuan penyebarannya pada kulit baik.
Kekurangan Sediaan Gel
·
Harus menggunakan zat
aktif yang larut di dalam air sehingga diperlukan penggunaan peningkat
kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih pada berbagai perubahan
temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau hilang ketika
berkeringat.
·
kandungan
surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan harga lebih mahal.
·
Gel dengan kandungan alkohol yang tinggi dapat menyebabkan
pedih pada wajah dan mata, penampilan yang buruk pada kulit bila terkena
pemaparan cahaya matahari, alkohol akan menguap dengan cepat dan meninggalkan
film yang berpori atau pecah-pecah sehingga tidak semua area tertutupi atau
kontak dengan zat aktif.
3.
Dasar Gel yang sering digunakan
1. Dasar gel hidrofobik
Dasar gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel-partikel anorganik,
bila ditambahkan ke dalam fase pendispersi, hanya sedikit sekali interaksi
antara kedua fase. Berbeda dengan bahan hidrofilik, bahan hidrofobik tidak
secara spontan menyebar, tetapi harus dirangsang dengan prosedur yang khusus
(Ansel, 1989).
2.
Dasar gel hidrofilik
Dasar gel hidrofilik umumnya terdiri dari molekul-molekul organik yang
besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase pendispersi.
Istilah hidrofilik berarti suka pada pelarut. Umumnya daya tarik menarik pada
pelarut dari bahan-bahan hidrofilik kebalikan dari tidak adanya daya tarik
menarik dari bahan hidrofobik. Sistem koloid hidrofilik biasanya lebih mudah
untuk dibuat dan memiliki stabilitas yang lebih besar (Ansel, 1989). Gel
hidrofilik umummnya mengandung komponen bahan pengembang, air, humektan dan
bahan pengawet (Voigt, 1994).
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik,
dalam botol bermulut lebar terlindung dari cahaya, ditempat sejuk.
Catatan : Pada etiket
harus tertera “Kocok dahulu”
Penambahan
–penambahan
a.
Bahan padat yang tidak atsiri
ditambahkan bersama dengan gliserin dan ZnO.
b.
Bahan padat atsiri ditambahkan bersama
gliserin dan ZnO tetapi ketika mencampur dengan gelatin pada waktu hangat atau
dalam keadaan botol tertutup.
c.
Bahan cair atsiri maupun tidak atsiri
ditambahkan pada gelatin yang sudah selesei atau masi hangat
4.
Sifat / Karakteristik Gel (lachman, 496 – 499)
·
Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik
ialah inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain
·
Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk
padatan yang baik selama penyimpanan tapi dapat rusak segera ketika sediaan
diberikan kekuatan atau daya yang disebabkan oleh pengocokan dalam botol,
pemerasan tube, atau selama penggunaan topikal.
·
Karakteristik gel harus
disesuaikan dengan tujuan penggunaan sediaan yang diharapkan.
·
Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat tinggi
atau BM besar dapat menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan atau
digunakan).
·
Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat juga
pembentukan gel terjadi satelah pemanasan hingga suhu tertentu. Contoh polimer
seperti MC, HPMC dapat terlarut hanya pada air yang dingin yang akan membentuk
larutan yang kental dan pada peningkatan suhu larutan tersebut akan membentuk
gel.
·
Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh
pemanasan disebut thermogelation
5. Sifat dan karakteristik gel adalah sebagai berikut (Disperse system):
1.
Sweling
Gel dapat
mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorbsi larutan sehinga
terjadi pertambahan volume. Pelarut akan berpenetrasi diantara matriks gel dan terjadi interaksi antara pelarut dengan gel. Pengembangan gel
kurang sempurna bila terjadi ikatan silang antara polimer didalam matriks gel
yang dapat menyebabkan kelarutan kompoen gel berkurang.
2.
Sineresis
Suatu proses
yang terjadi akibat adanya kontraksi didalam massa gel. Cairan yang terjerat
akan keluar dan berada diatas permukaan gel. Pada waktu pembentukan gel terjadi
tekanan yang elastis, sehingga terbentuk massa gel yang tegar. Mekanisme
terjadi kontraksi berhubungan dengan
fase relaksasi akibat adanya
tekanan elastis pada saat terbentuknya gel. Adanya perubahan pada ketegaan gel
aka mengakibatkan jarak antar matrik berubah, sehingga memungkinkan cairan
bergerak menuju permukaan sineresis dapat terjadi pada hidrogel maupun
organogel.
3.
Efek suhu
Efek suhu mempengaruhi gel. Gel dapat
terbentuk melalui penurunan temperatur tapi dapat juga pembentukan gel terjadi
setelah pemanasan hingga suhu tertentu.paa peningkaktan suhu larutan tersebut
membentuk gel. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut
thermogelation.
4.
Efek elektrolit
Kosentrasi elektrolit yang tinggi akan berpengaruh pada gel hidrofilik dimana ion
berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap pelarut yang ada dan koloid
digaramkan (melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan konsentrasi
elektrolit kecil akan meningkatkan rigiditas gel dan mengurangi waktu ntuk
menyusun diri sesudah pemberian tekanan geser. Gel Na-alginat akan segera
mengeras dengan adanya sejumlah konsentrasi ion kalsium yang disebabkan kerena
terjadinya pengendapan parsial dari alginat sebagai kalsium alginat yang tidak
larut.
5.
Elastisitas dan rigiditas
Sifat ini
merupakan kaateristi dari gel gelatin agar dan nitroselulosa,selama transformasi
dari bentuk sol menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas dengan peningkatan
konsntrasi pemrasi pembentuk gel.
6.
Rheologi
Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan
dispersi padatan yang terflokulasi memberikan sifat aliran pseudoplastis yang
khas, dan menunjukkan jalan aliran non – Newton yang dikarakterisasi oleh
penurunan viskositas dan peningkatan laju aliran.
7. Monografi Bahan yang digunakan dalam Pemuatan Pasta dan
Gelly
1. AMYLUM TITICI (pati gandum)
Pati gandum adalah pati yang diperoleh dari triticum
astivum.
·
Pemerian : serbuk sangat halus dan putih.
·
Kelarutan : praktis
tidak larut dalam air dingin dan dalam
etanol
·
Identifikasi
: panaskan sampai mendidih selama 1 menit suspensi 1 gr dalam 50 ml air,
dinginkan terbentuk larutan kanji ancer, campur 1 ml larutan kanji yang
diperoleh pada identifikasi di atas dengan 0,05 iodium 0,005 M, terjadi warna
biru tua yang hilang pada pemanasan dan timbul pada pendinginan.
·
Khasiat
: zat tambahan (penyerap kelembaban)
2.
VASELINUM FLAVUM (Vaselin flavum)
Vaselin kuning
: campuran yang dimurnikan dari hidrokarbon setengah padat yang diperoleh
dari minyak bumi dapat mengandung zat pensabl yang sesuai.
·
Kelarutan : tidak larut
dala air, mudah larut dalam benzena, dalam karbondisulfida, dalam kloroform dalam
minyak terpentin, larut dalam eter, dalam heksana dan umumnya dalam minyak
lemak danminyak atsiri ,praktis idak larut dalam etanol dingindan etanol
panas dan dlam etanol mulak dingin.
·
Pemerian: masa seperti lemak, kekuningan hingga amber
lemah, berfluoresensi angat lemah
walaupun setelah melebur. dalam
lapisan tipis transparan, tidak atau hampir tidak berbau, dan berasa.
·
Khasiat
: zat tambahan
3.
Zinci oxidum (zink oksida)
Zinkoxidum mengandung tidak kurang dari 99.0% dan tidak lebih dari 100,5%Zno
·
Pemerian : serbuk
amorf, sangat halus, putih atau putih kekuningan, tida berbau, lambat laun
menyerap karbon dioksida diudara.
·
Kelarutan : tidak larut
air dan dalam etanol, lart dalam
asam encer.
·
Khasiat : anti fungi
4.
Resorsinolum (resorsinol,
resorsin)
Resorsinol mengandung tidak kurang dari
99,5% dan tidak boleh lebih dari 100,3% C6H6O2 dihitung
terhadap zat yang telah dikeringakan.
·
Pemerian : serbuk atau
hablur bentuk jarum, putih atau praktis putih, bauh khas lunak, rasa manis
diikuti rasa pahit.oleh pengaruh cahaya atau udara, berwarna agak merah muda.
·
Kelarutan : mudah larut
dalam air,daam etanol, dalam gliserol dalam eter, sukar larut dalam
kloroform. Larutan ( 1 dalam 20) bereaksi netral atau asam
terhadap kertas lakmus.
5.
Acid Salicyl, asam salisilat C7H6O3 (FI III 56)
Asam salisilat
mengandung tidak kurang dari 99,5
% dan tidak lebih dari 101,1 C7H6O3
dihitung terhadap zat yang telah
dikerigkan
·
Pemerian
: hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih hampir tidak berbau,
rasa agak manis dan tajam.
·
Kelarutan
: larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol, mudah larut dalam
kloroform dan dalam eter, larut dalam larutan amonium asetat, dinatrium
hidrogen fosfat, kalium sitrat, natrium sitrat.
·
Identifikasi
: menunjukkan reaksi salisilat yang tertera pada reaksi identifikasi. Larutkan
bereaksi asam terhadap larutan merah metil.
Khasiat : antifingi, keratolitiklikum (mengelupaskan sel
kulit mati)
6.
Aqua, aqua destilata, air suling (FI III 96)
·
Pemerian
: cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasal
7.
Gliserin,
gliserol, glycerolum (FI III 271)
Pemerian : cairan seperti sirop, jernih tidak berwarna
tidak berbau, manis diikuti rasa hangat higroskopik. Jika disimpan beberapa
lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk massa hablur tidak berwarna yang
tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 200
Identifikasi : Panaskan dengan kalium bisulfat terjadi
uap merangsang.
Jika dibakar dengan sedikit natrium tetraborat di atas
nyala api terjadi nyala hijau.
·
KhaSSsiat
: zat tambahan (pelembab)
8.
Amyl Tritici, pati gandum (FI IV 109)
·
Pemerian : serbuk sangat halus, putih
·
Kelarutan : praktis tidak larut dalam
air dingin dan dalam etanol
·
Identifikasi : panaskan sampai mendidih
selama 1 menit suspensi 1 gr dalam 50 ml air,
dinginkan terbentuk larutan kanji ancer, campur 1 ml larutan kanji yang
diperoleh pada identifikasi di atas dengan 0,05 iodium 0,005 M, terjadi warna
biru tua yang hilang pada pemanasan dan timbul pada pendinginan.
·
Khasiat : zat tambahan, pengembang,
keratolitikum
2.1.3
Pengujian Sediaan (Buku Pelajaran
Tenologi Farmasi, R.Voigt hal 377)
·
1. Daya Menyerap Air
Daya menyerap air, diukur sebagai bilangan
air, yang digunakan
untuk mengkarakterisasi basis absorbsi. Bilangan air dirumuskan sebagai jumlah
air maksimal (g), yang mampu diikat oleh 100 g basis bebas air pada suhu
tertentu (umumnya 15-20o C) secara terus menerus atau dalam jangka
waktu terbebas (umumnya 24 jam), dimana air tersebut digabungkan secara manual.
Bilangan air (BA) dan kandungan air (KA), yang dinyatakan dalam prosen adalah
tidak identik. Sebagai basis acuan untuk bilangan air digunakan basis bebas
air, sedangkan kandungan air mengacu kepada salep emulsi yang mengandung air. Kedua bilangan ukur tersebut dapat dihitung menurut
persamaan
: BA =
Ket : KA :
kandngan air
BA : bilangan air.
·
.2.Kandungan Air
Ada tiga kandungan yang dapat dilakukan untuk menentukan kandungan air dari
salep.
a. Penentuan
kehilangan akibat pengeringan. Sebagai kandungan air digunakan ukuran
kehilangan masa maksimalm (%) yang dihitung pada saat pengeringan di suhu
tertentu (umumnya 100-110o C).
b. Cara
penyulingan. Prinsip metode ini terletak pada penyulingan menggunakan bahan
pelarut menguap yang tidak dapat bercampur dengan air.
c. Cara titrasi
menurut Karl Fischer.
Untuk menghitung kandungan air
digunakan formula berikut :
% Air
= F
f = harga aktif dari larutan standar
(mg air/ml)
a = larutan standar yang dibutuhkan
(ml)
b = larutan standar yang dibutuhkan
dalam penelitian blanko (ml)
P = penimbangan zat (mg)
Metode tersebut menghasilkan harga
yang sangat tepat dan khususnya cocok untuk menentukan jumlah air yang rendah.
·
3.Konsistensi
Konsistensi bukanlah istilah yang
dirumuskan dengan pasti, melainkan hanya sebuah cara, untuk
mengkarakterisasikan sifat berulang, seperti sifat lunak dari sediaan sejenis
salep atau mentega, melelui angka ukur.
·
4.Penyebaran
Penyebaran salep diartikan sebagai
kemampuan penyebarannya pada kulit. Penentuan dilakukan dengan Extensometer.
·
5.Termoresistensi
Tentang termoresistensi dari salep
dihasilkan dari tes terayun. Hal itu digunakan untuk mempertimbangkan
daya simpan salep didaerah dengan perubahan iklim, terjadi secara nyata dan
terus menerus.
·
6.Ukuran Partikel
Untuk menentukan ukuran partikel
dalam salep suspense dapat digunakan cara umum dengan asumsi bahwa harga yang
diperoleh dari beberapa sampel telah mewakili seluruh sediaan.
BAB III
FORMULASI
3.1.Resep
1.
ACIDY SALICYLICI ZINCOXYDY PASTA (pasta asam salisilat seng)
KOMPOSISI : Tiap 10g mengandung
R/ Acidum salicylicum 200mg
Zincoxydum 2,5g
Amilum triticy 2,5g
Vaselin faum ad 10 g
Mf. Pasta 10g
Sue.
Pro : Amir
Umur : 20thn
Alamat : jl. Barito 5 Malang
·
Acidum
salicylicum 200mg / 10g X 10g = 200mg
·
Zincoxydum
2,5g /10g X 10g = 2,5 g
·
Amilum
triticy 2,5g/ 10g X 10g = 2,5g
·
Vaselin
faum ad 10 g – (0,2g + 2,5g + 2,5g) = 4,8g
Cara Pembuatan :
1. disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2.
ditimbang
vaselin flavum , dimasukkan cawan lebur
ad leleh, dimasukkan mortir aduk ad dingin
3.
ditimbang
acid salisilat, dimasukkan mortir ditetesi spiritus fortior
4.
ditimbang
amilum, dimasukkan ke dalam no 3, diaduk ad homogen
5.
diayak
zinc oxide, kemudian ditimbang dan dimasukkan ke dalam no 4, diaduk ad homogen
6.
hasil
campuran no 5, dimasukkan ke dalam no 2, diaduk ad homogen
7. dimasukkan ke dalam wadah yang telah disiapkan dan diberi
etiket.
2.
R/ketokenazol 2%
Tragakan
2%
Gliserol
25%
Air hingga
100 g
Mf jely 10g
Sue
·
ketokenazol 2% =
2/100 X 10g = 0,2
·
Tragakan
2% =
2/100 X 10g = 0,2 g
·
Gliserol
25% = 25 / 100 X 10g = 2,5 g
·
Air hingga
10 g - ( 0,2 + 0,2 + 2,5) = 9,71
Cara Pembuatan :
1.
Siapkan alat dan bahan yang dibuthkan
2.
Timbang tragakant tambahan dengan air diamkan
beberapa menit lalu gerus sampai terbentuk jeling agent
3.
Timbang ketokenazol tambahkan dalam mortir sambil
gerus sampai homogen encerkan dengan sedikit air
4.
Timbang dan Tambahkan gliserol dalam mortis sambil
gerus ad homogen
5.
Masukan dalam wadah yang sesuai dan beri etiket.
3. Pasta
Lasari (FMS hal 94)
R/Acid
Salicyl 20
ZnO 25
Amy tritici 25
Vas flav ad 100
mf pasta
1. Acid
salicyl = x 10 gram = 2 gram
2. ZnO
= x 10 gram = 2,5 gram
3. Amilum
tritici = x 10 gram = 2,5 gram
4. Vaselin
flavum = 10 gram – (2 + 2,5 + 2,5) gram
= 10 gram – 7 gram
= 3
gram
Cara Pembuatan :
1. Disiapkan
alat dan bahan
2. Ditimbang
vaselin flavum kemudian dilelehkan di atas waterbath
3. Ditimbang
acid salicyl, dimasukkan ke dalam mortir lalu ditetesi spiritus fortior
kemudian ditambahkan amylum tritici, gerus
4. Setelah
leburan leleh sempurna, dimasukkan ke dalam mortir yang berisi campuran amilum
tritici+acid salycil gerus ad homogeny
5. Ditimbang
ZnO,kemudian diayak menggunakan ayakan B40 lalu dimasukkan kedalam campuran no
4, digerus ad homogeny
6. Dimasukkan dalam wadah yang sesuai dan diberi
etiket
3.1.2.
Alat dan Bahan
Alat
|
Bahan
|
Mortir + stamper
|
Acidum salicylicum
|
Serbet/tissue
|
Zincoxydum
|
Timbangan + anak timbangan/
penara
|
Amilum triticy
|
Gelas ukur / beaker glass
|
ketokenazol
|
Kertas perkamen / etiket
|
Tragakant
|
Sendok tanduk
|
Gliserol
|
Sudip
|
Vaselin flavum
|
Wadah gell/ pasta
|
|
Batang pengaduk
|
|
BAB III
PEMBAHASAN
Dartar pustaka.
1. Ilmu Resep.drs.Syamsuni.Penerbit Buku Kedokteran
2.
Farmakope
Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979
3.
Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
4.
Ilmu
Meracik Obat. Mohammad Anief. Gadjah Mada Uneversity Press
5.
Pengantar
Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Howard C.Ansel
6.
Phamacope
Holand Edition V
7.
Formularium
Nasional. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978
8.
Formularium
Medicamentorium Selectum. Ikatan Sardjana Farmasi Indonesia. Surabaya.
9.
Katdare Ashok, Mahesh V Chaubal. 2006. Exipient
Development for Pharmaceutical and Drug Delivery System. Informa Healthcare
: New York, London.
10. Liebermann.1996.
Pharmaceutical Dosage Forms : Disper Syastemd Volume 2. 415-425. Machel
Dekker, New York
1 komentar:
makasih, materinya sangat membantu
Posting Komentar