Senin, 07 Januari 2013

FTS SEMISOLID

JURNAL  PRAKTIKUM
FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN  SEMI SOLID
(Pasta dan Gelly)


  Oleh
Elias jacob pesiwarissa
09. 025
Akademi Farmasi
Putra Indonesia Malang





BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Perkembanhgan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berdampak pada persaingan dunia usaha yang semakin meningkat terutama dibidang  kefarmasian yaitu obat-obatan yang sering dijumpai dimasyarakat dengan berbagai variasi antara lain sediaan padat seperti tablet, kapsul; sediaan setengah padat misalnya salep, cream, pasta dan jel, serta bentuk sediaan cair yaitu suspensi dan emulsi. Masing –masing bentuk sediaan tersebut  memiliki fungsi dan khasiat beragam yang dapat digunakan sebagai obat  untuk pemakaian dalam (oral) misalnya tablet dan kapsul dan pemakian luar (topikal),seperti; salep, krim, pasta dan jelly yang  penggunaannya  dapat dioleskan pada bagian yang diinginkan. Sediaan pasta dan jelly banyak digemari ole masyarakat karena praktis dan tidak menimbulkan efek samping yang berlebihan.                   
            Pasta merupakan sediaan berupa massa lunak yang dimaksudkan untuk pemakaian luar yakni yang biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan vaselin atau parafin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak. Dimana sebagai bahan dasar salep digunakan vaselin, parafin cair, bahan tidak berlemak seperti Glycerinum, mucilago atau sabun dan digunakan sebagai antiseptik atau pelindung kulit. Karena itu merupakan salep yang tebal, kaku, keras dan tidak melele pada suhu tubuh. Komposisi salep memungkinkan penyeapan pelepasan cairan berair yang tidak normal dari kulit. Karena jumlah lemak lebih sedikit dibanding serbuk padatnya supaya homogen lemak-lemak ini harus dilelehkan dahulu.
Berbeda halnya dengan gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar atau saling diserapi cairan. Gel satu fase merupakan gel dalam amna makro molekulnya disebarkan keseluruh cairan sampai tidak terlihat ada batas diantaranya. Dalamm hal dimana massa gel terdiri dari kelompok-kelompok partikel kicil yang berbeda, maka gel dikelompokkan sebagai sistim dua fase dan sering disebut magma atau susu. Gel dan magma dianggap sebagai dispersi koloidal oleh karena masing-masing mengandung partikel-partikel dengan ukuran koloidal.

1.2 Tujuan
1. Untuk Mengetahui  cara  pembuatan sediaan Pasta dan jelly
2. Untuk mengaplikasikan teori pembuatan sediaan Pasta dan Jelly.
3. Memahami cara pembuatan formula dalam pembuatan pasta dan jelly
















BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.DasarTeori
A.   PASTA
·      Pasta adalah : sediaan semi padat yang mengandung  satu atau lebih bahan obatyang ditunjukan untuk pemakaian (Topikal) luar
·      Pasta adalah salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat serbuk. Karena merupakan salep yang tebal, keras dan tidak meleleh pada suhu badan maka digunakan sebagai salep penutup atau pelindung. (buku farmasetika, prof. Drs. Moh. Anief, Apt.)
·      Menurut farmakope Indonesia edisi ke-3 adalah sediaan berupa masa lembek yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar denngan vaselin atau paravin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan Gliserol, musilago atau sabun. Digunakan sebagai antiseptik, atau pelindung.
·      Sedangkan menurut farmakope Indonesia edisi ke-4 adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang digunakan untuk pemakaian topical.
·      Menurut DOM, Pasta adalah sediaan semi padat dermatologis yang menunjukkan aliran dilatan yang penting. Ketika digunakan, pasta memiliki nilai yield tertentu dan tahan untuk mengalir meningkat dengan meningkatnya gaya pada penggunaan. Pasta biasanya disiapkan dengan menambahkan sejumlah serbuk yang tidak larut yang signifikan (biasanya 20% atau lebih) pada basis salep konvensional sehingga akan merubah aliran plastis dari salep menjadi aliran dilatan.
·      Menurut Scoville’s , Pasta terkenal pada daerah dermatologi dan tebal, salep kental dimana pada dasarnya tidak melebur pada suhu tubuh, sehingga membentuk dan menahan lapisan pelindung pada area dimana pasta digunakan.
·      Menurut Prescription, Pasta terbagi menjadi dua kelas seperti sediaan salep untuk penggunaan luar. Pasta berlemak seperti pasta ZnO dan pasta tidak berlemak mengandung gliserin dengan pektin, gelatin, tragakan dan lain-lain. Pasta biasanya sangat kental atau kaku dan kurang berlemak dibandingkan dengan salep dimana bahan-bahan serbuk seperti pati, ZnO dan kalsium karbonat pada basisnya memiliki bagian yang tinggi.
Sehingga secara umum pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung  satu atau lebih bahan obat yang digunakan secara topikal. Biasanya mengandung serbuk sampai 50% hingga pasta lebih kaku dan kental dan kurang berminyak dibandingkan salep. Pasta tidak melebur pada suhu tubuh dan memberi perlindungan berlebih pada daerah dimana pasta digunakan.

2.2. Macam –macam Pasta
·         Pasta berlemak adalah : suatu salep yang mengandung lebih dari 50 % zat padat (serbuk).
·         Pasta kering adalah :  suatu pasta bebas lemak mengandung 60% zat padat (serbuk). Dalam pembuatan akan terjadi kesukaran bila dalam resep tertulis ichthanolum atau Tumenol Ammonim zat ini akan menjadikan pasta menjadi encer.
·         Pasta pendingin : merupakan campuran  serbuk minyak lemak dan cairan berair  contoh : salep tiga dara.

2.3.Karakteristik Pasta
1.      Daya adsorbs pasta lebih besar
2.      Sering digunakan untuk mengadsorbsi sekresi cairan serosal pada tempat pemakaian, sehingga cocok untuk luka akut.
3.      Tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu.
4.      Mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal.
5.      Konsistensi lebih kenyal dari unguentum.
6.      Tidak memberikan rasa berminyak seperti unguentum.
7.      Memiliki persentase bahan padat lebih besar dari pada salep yaitu mengandung bahan serbuk (padat) antara 40 %- 50 %




2.4.    Kelebihan Pasta
v  Pasta mengikat cairan secret, pasta lebih baik dari unguentum untuk luka akut dengan tendensi mengeluarkan cairan
v   Bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga meningkatkan daya kerja local
v   Konsentrasi lebih kental dari salep
v   Daya adsorpsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak dibandingkan dengan sediaan salep.

2.5.Kekurangan Pasta
·           Karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta pada umumnya tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu.
·           Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis
·           Dapat menyebabkan iritasi kuli.

2.6.  Cara Absorbsi Pasta
a.    Penetrasi
Penetrasi pasta ke dalam kulit dimungkinkan melalui dinding folikel rambut. Apabila kulit utuh maka cara utama untuk penetrasi masuk umumnya melalui lapisan epidermis lebih baik dari pada melalui folikel rambut atau kelenjar keringat. Absorpsi melalui epidermis relatif lebih cepat karena luas permukaan epidermis 100 sampai 1000 kali lebih besar dari rute lainnya Stratum korneum, epidermis  yang utuh, dan dermis merupakan lapisan penghalang penetrasi obat ke dalam kulit. Penetrasi ke dalam kulit ini dapat terjadi dengan cara difusi melalui penetrasi transeluler (menyeberangi sel), penetrasi interseluler (antar sel), penetrasi  transepidageal (melalui folikel rambut, keringat, dan perlengkapan pilo sebaseus)
b. Disolusi
Disolusi didefinisikan sebagai tahapan dimana pasta mulai masuk ke dalam larutan dari bentuk padatnya atau suatu proses dimana suatu bahan kimia atau obat menjadi terlarut dalam pelarut. Dalam sistem  biologis pelarut obat dalam media aqueous merupakan bagian penting sebelum kondisi absorpsi sistemik. Supaya partikel  padat terdisolusi molekul solut pertama-tama harus memisahkan diri dari permukaan padat, kemudian bergerak menjauhi permuk aan memasuki pelarut
c. Difusi
Difusi adalah suatu proses perpindahan massa molekul suatu zat yang dibawa oleh gerakan molekul secara acak dan berhubungan dengan adanya perbedaan konsentrasi aliran molekul melalui suatu batas, misalnya membran polimer. Difusi pasif merupakan bagian terbesar dari proses trans-membran bagi umumnya obat. Tenaga pendorong untuk difusi pasif ini adalah perbedaan konsentrasi obat pada kedua sisi membran sel. Menurut hukum difusi Fick, molekul obat berdifusi dari daerah dengan konsentrasi obat tinggi ke daerah konsentrasi obat rendah.
2.7  Basis atau Pembawanya
Pada dasarnya basis yang digunakan dalam formulasi sediaan pasta tidak jauh berbeda dengan basis yang digunakan dalam formulasi sediaan salep, yaitu:
a.      Basis Hidrokarbon
Karakteristik :
·         Tidak diabsorbsi oleh kulit
·         Inert
·         Tidak bercampur dengan air
·          Daya adsorbsi air rendah
·         Menghambat kehilangan air pada kulit dengan membentuk lapisan tahan air dan meningkatkan absorbsi obat melalui kulit.
·         Dibagi menjadi 5, yaitu : Soft paraffin, Hard paraffin, Liquid paraffin,  Paraffin substitute, paraffin ointment
·         Contoh : vaselin, White Petrolatum/paraffin, White Ointment
b.      Basis Absorbsi
Karakteristik : bersifat hidrofil dan dapat menyerap sejumlah tertentu air dan larutan cair.
Terbagi : 
·         Non emulsi co, basis ini menyerap air untuk memproduksi  emulsi air dalam minyak Terdiri atas : Wool fat, wool alcohols, beeswax and cholesterol.
·         Emulsi A/M co, terdiri atas : Hydrous wool fat (lanolin), Oily cream.
c.       Larut Air
Misalnya PEG (polyethylene Glycol) yang mampu melarutkan zat aktif yang tak larut dalam air dan meningkatkan penyebaran obat. Bersifat stabil, tersebar merata, dapat mengikat pygmen dan higroskopis (mudah menguap), sehingga dapat memberikan kenyamanan pada pemakaian sediaan pasta.
d.      Air-misibel, misalnya salep beremulsi.

2.8.  Evaluasi sediaan.
1)      Pengamatan organoleptis
     Pemerian dilakukan pada bentuk, warna,bau, dan suhu lebur.
2)      Homogenitas
            Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah pada saat proses pembuatan pasta bahan aktif obat dengan bahan dasarnya dan bahan tambahan lain yang diperlukan tercampur secara homogen. Persyaratannya harus homogen, sehingga pasta yang dihasilkan mudah digunakan dan terdistribusi merata saat penggunaan pada kulit. Alat yg biasanya digunakan pada uji homogenitas adalah roller mill, colloid mill, homogenizer tipe katup. Dispersi yang seragam dari obat yang tak larut dalam basis maupun pengecilan ukuran agregat lemak dilakukan dengan melalui homogenizer atau mill pada temperatur 30-40 0 C.
1.      Letakan 0,5 gram sediaan pada obyek glass
2.      Tutup dengan obyek glass yang lain
3.      Amati homogenitasnya menggunakan lup.
3)      Uji Viskositas
            Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, semakin tinggi viskositas, akan makin besar tahanannya. Nilai viskositas dipengaruhi oleh zat pengental, surfaktan yang dipilih, proporsi fase terdispersi dan ukuran partikel.
4)      Uji Stabilitas Fisik
            Stabilitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk bertahan dalam batas yang ditetapkan dan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan, sifat karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat produk dibuat. (Dirjen POM,1995)
            Tujuan pemeriksaan kestabilan obat adalah untuk menjamin bahwa setiap bahan obat yang didistribusikan tetap memenuhi persyaratan yang ditetapkan meskipun sudah cukup lama dalam penyimpanan. Pemeriksaan kestabilan digunakan sebagai dasar penentuan batas kadaluarsa , cara-cara penyimpanan yang perlu dicantumkan dalam label (Lachman, 1994). Ketidakstabilan formulasi dapat dilihat dari perubahan penampilan fisik, warna, rasa, dan tekstur dari formulasi tersebut, sedangkan perubahan kimia yang terjadi hanya dapat dipastikan melalui analisis kimia.
5)      Pemeriksaan konsistensi
Penetrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur konsistensi atau kekerasan semisolid.              
6)      Pengukuran diameter globul rata-rata
Pengukuran diameter globul rata-rata dilakukan menggunakan mikroskop optik dengan perbesaran 100x.
7)       Penetapan kadar zat aktif
Penetapan kadar dapat dilakukan dengan cara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).
8)      Keseragaman sediaan
Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan menggunakan dua metode, yaitu keragaman bobot dan keseragaman kandungan. Persyaratan ini digunakan untuk sediaan yang mengandung dua atau lebih zat aktif. Persyaratan keragaman bobot diterapkan pada produk yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50% atau lebih , dari bobot satuan sediaan. Keseragaman dari zat aktif lain, jika dalam jumlah kecil ditetapkan dengan persyaratan keseragaman kandungan (Dirjen POM, 1995)
9)      pH
Harga pH merupakan harga yang diberikan oleh alat potensiometrik (pH meter) yang sesuai, yang telah dibakukan sebagaimana mestinya , yang mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH menggunakan elektroda indikator yang peka terhadap aktifitas ion hidrogen, elektroda kaca, dan elektroda pembanding yang sesuai.

B. GELLY (jelly)
1.    Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang  besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. gel kadang – kadang disebut jeli. (FI IV, hal 7)
2.    Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawaan organik atau makromolekul senyawa  organik, masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan (Formularium Nasional, hal 315)

1.    penggolongan
Pengolongan (Disperse Sistem), (Lachman, hal 496)
A.  Berdasarkan sifat fasa koloid :
·      Gel anorganik (bahan yang berasal dari bahan kimia),  contoh : bentonit magma
·      Gel organic (bahan yang digunakan berasal dari alam), pembentuk gel berupa polim

2.    Keuntungan dan Kekurangan Sediaan Gel
 keuntungan Sediaan gel
·       Hidrogel (merupakan sediaan yang dapat dioleskan dan mengandung air lebih banyak 80-90%) dan kemampuan penyebarannya baik pada kulit
                                                                                                     
·      efek pendinginan pada kulit saat digunakan penampilan, sediaan yang jernih dan elegan pada pemakaian di kulit setelah kering meninggalkan film tembus pandang, elastis, daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori sehingga pernapasan pori tidak terganggu
·      mudah dicuci dengan air; pelepasan obatnya baik; kemampuan penyebarannya pada kulit baik.
 Kekurangan Sediaan Gel
·      Harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat.
·      kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan harga lebih mahal.
·      Gel dengan kandungan alkohol yang tinggi dapat menyebabkan pedih pada wajah dan mata, penampilan yang buruk pada kulit bila terkena pemaparan cahaya matahari, alkohol akan menguap dengan cepat dan meninggalkan film yang berpori atau pecah-pecah sehingga tidak semua area tertutupi atau kontak dengan zat aktif.

3.     Dasar Gel yang sering digunakan
1.    Dasar gel hidrofobik
Dasar gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel-partikel anorganik, bila ditambahkan ke dalam fase pendispersi, hanya sedikit sekali interaksi antara kedua fase. Berbeda dengan bahan hidrofilik, bahan hidrofobik tidak secara spontan menyebar, tetapi harus dirangsang dengan prosedur yang khusus (Ansel, 1989).
2.    Dasar gel hidrofilik
Dasar gel hidrofilik umumnya terdiri dari molekul-molekul organik yang besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase pendispersi. Istilah hidrofilik berarti suka pada pelarut. Umumnya daya tarik menarik pada pelarut dari bahan-bahan hidrofilik kebalikan dari tidak adanya daya tarik menarik dari bahan hidrofobik. Sistem koloid hidrofilik biasanya lebih mudah untuk dibuat dan memiliki stabilitas yang lebih besar (Ansel, 1989). Gel hidrofilik umummnya mengandung komponen bahan pengembang, air, humektan dan bahan pengawet (Voigt, 1994).
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, dalam botol bermulut lebar terlindung dari cahaya, ditempat sejuk.
Catatan : Pada etiket harus tertera “Kocok dahulu”
Penambahan –penambahan
a.       Bahan padat yang tidak atsiri ditambahkan bersama dengan gliserin dan ZnO.
b.      Bahan padat atsiri ditambahkan bersama gliserin dan ZnO tetapi ketika mencampur dengan gelatin pada waktu hangat atau dalam keadaan botol tertutup.
c.       Bahan cair atsiri maupun tidak atsiri ditambahkan pada gelatin yang sudah selesei atau masi hangat
4.    Sifat / Karakteristik Gel (lachman, 496 – 499)
·         Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain
·         Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk padatan yang baik selama penyimpanan tapi dapat rusak segera ketika sediaan diberikan kekuatan atau daya yang disebabkan oleh pengocokan dalam botol, pemerasan tube, atau selama penggunaan topikal.
·          Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan sediaan yang diharapkan.
·         Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat tinggi atau BM besar dapat menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan atau digunakan).
·         Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat juga pembentukan gel terjadi satelah pemanasan hingga suhu tertentu. Contoh polimer seperti MC, HPMC dapat terlarut hanya pada air yang dingin yang akan membentuk larutan yang kental dan pada peningkatan suhu larutan tersebut akan membentuk gel.
·         Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation

5.    Sifat dan karakteristik gel adalah sebagai berikut (Disperse system):
1.      Sweling
      Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorbsi larutan sehinga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan berpenetrasi diantara matriks gel  dan terjadi interaksi  antara pelarut dengan gel. Pengembangan gel kurang sempurna bila terjadi ikatan silang antara polimer didalam matriks gel yang dapat menyebabkan kelarutan kompoen gel berkurang.
2.      Sineresis
     Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi didalam massa gel. Cairan yang terjerat akan keluar dan berada diatas permukaan gel. Pada waktu pembentukan gel terjadi tekanan yang elastis, sehingga terbentuk massa gel yang tegar. Mekanisme terjadi kontraksi berhubungan dengan  fase relaksasi akibat  adanya tekanan elastis pada saat terbentuknya gel. Adanya perubahan pada ketegaan gel aka mengakibatkan jarak antar matrik berubah, sehingga memungkinkan cairan bergerak menuju permukaan sineresis dapat terjadi pada hidrogel maupun organogel.
3.      Efek suhu
  Efek suhu mempengaruhi gel. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu.paa peningkaktan suhu larutan tersebut membentuk gel. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan  fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation.
4.      Efek elektrolit
     Kosentrasi elektrolit yang tinggi akan  berpengaruh pada gel hidrofilik dimana ion berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap pelarut yang ada dan koloid digaramkan (melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan konsentrasi elektrolit kecil akan meningkatkan rigiditas gel dan mengurangi waktu ntuk menyusun diri sesudah pemberian tekanan geser. Gel Na-alginat akan segera mengeras dengan adanya sejumlah konsentrasi ion kalsium yang disebabkan kerena terjadinya pengendapan parsial dari alginat sebagai kalsium alginat yang tidak larut.
5.      Elastisitas dan rigiditas
Sifat ini merupakan kaateristi dari gel gelatin agar dan nitroselulosa,selama transformasi dari bentuk sol menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas dengan peningkatan konsntrasi pemrasi pembentuk gel.
6.      Rheologi
     Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang terflokulasi memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan jalan aliran non – Newton yang dikarakterisasi oleh penurunan viskositas dan peningkatan laju aliran.

7.      Monografi  Bahan yang digunakan dalam Pemuatan Pasta dan Gelly
1.     AMYLUM TITICI (pati gandum)        
Pati gandum adalah pati yang diperoleh dari triticum astivum.
·         Pemerian :  serbuk sangat halus dan putih.
·         Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam  etanol
·         Identifikasi : panaskan sampai mendidih selama 1 menit suspensi 1 gr dalam 50 ml air, dinginkan terbentuk larutan kanji ancer, campur 1 ml larutan kanji yang diperoleh pada identifikasi di atas dengan 0,05 iodium 0,005 M, terjadi warna biru tua yang hilang pada pemanasan dan timbul pada pendinginan.
·         Khasiat : zat tambahan (penyerap kelembaban)
2.     VASELINUM FLAVUM  (Vaselin flavum)
    Vaselin kuning : campuran yang dimurnikan dari hidrokarbon setengah padat yang diperoleh dari  minyak bumi  dapat mengandung zat pensabl yang sesuai.
·         Kelarutan : tidak larut dala air, mudah larut dalam benzena, dalam karbondisulfida, dalam kloroform dalam minyak terpentin, larut dalam eter, dalam heksana dan umumnya dalam minyak lemak danminyak atsiri ,praktis idak larut dalam etanol dingindan etanol panas  dan dlam etanol mulak dingin.
·         Pemerian:  masa seperti lemak, kekuningan hingga amber lemah, berfluoresensi angat lemah  walaupun  setelah melebur. dalam lapisan tipis transparan, tidak atau hampir tidak berbau, dan berasa.
·         Khasiat : zat tambahan
3.     Zinci oxidum (zink  oksida)
 Zinkoxidum mengandung tidak kurang dari  99.0% dan tidak lebih dari 100,5%Zno
·         Pemerian : serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih kekuningan, tida berbau, lambat laun menyerap karbon dioksida diudara.
·         Kelarutan :  tidak larut  air  dan dalam etanol, lart dalam asam encer.
·         Khasiat : anti fungi
4.    Resorsinolum (resorsinol, resorsin)
      Resorsinol mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak boleh lebih dari 100,3% C6H6O2 dihitung terhadap zat yang telah dikeringakan.
·         Pemerian : serbuk atau hablur bentuk jarum, putih atau praktis putih, bauh khas lunak, rasa manis diikuti rasa pahit.oleh pengaruh cahaya atau udara, berwarna agak merah muda.
·         Kelarutan : mudah larut dalam air,daam etanol, dalam gliserol dalam eter, sukar larut dalam kloroform.  Larutan  ( 1 dalam 20) bereaksi netral atau asam terhadap kertas lakmus.

5.    Acid Salicyl, asam salisilat C7H6O3  (FI III 56)
Asam salisilat mengandung tidak kurang dari 99,5 %  dan tidak lebih dari 101,1 C7H6O3  dihitung terhadap zat yang telah dikerigkan
·         Pemerian : hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih hampir tidak berbau, rasa agak manis dan tajam.
·         Kelarutan : larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol, mudah larut dalam kloroform dan dalam eter, larut dalam larutan amonium asetat, dinatrium hidrogen fosfat, kalium sitrat, natrium sitrat.
·         Identifikasi : menunjukkan reaksi salisilat yang tertera pada reaksi identifikasi. Larutkan bereaksi asam terhadap larutan merah metil.
Khasiat : antifingi, keratolitiklikum (mengelupaskan sel kulit mati)
6.    Aqua, aqua destilata, air suling (FI III 96)
·         Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasal
7.     Gliserin, gliserol, glycerolum (FI III 271)
Pemerian : cairan seperti sirop, jernih tidak berwarna tidak berbau, manis diikuti rasa hangat higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 200
Identifikasi : Panaskan dengan kalium bisulfat terjadi uap merangsang.
Jika dibakar dengan sedikit natrium tetraborat di atas nyala api terjadi nyala hijau.
·         KhaSSsiat : zat tambahan (pelembab)
8.    Amyl Tritici, pati gandum (FI IV 109)
·         Pemerian : serbuk sangat halus, putih
·         Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol
·         Identifikasi : panaskan sampai mendidih selama 1 menit suspensi 1 gr dalam 50 ml air,  dinginkan terbentuk larutan kanji ancer, campur 1 ml larutan kanji yang diperoleh pada identifikasi di atas dengan 0,05 iodium 0,005 M, terjadi warna biru tua yang hilang pada pemanasan dan timbul pada pendinginan.
·         Khasiat : zat tambahan, pengembang, keratolitikum
2.1.3 Pengujian Sediaan (Buku Pelajaran Tenologi Farmasi, R.Voigt hal 377)
·         1. Daya Menyerap Air
Daya menyerap air, diukur sebagai bilangan air, yang digunakan untuk mengkarakterisasi basis absorbsi. Bilangan air dirumuskan sebagai jumlah air maksimal (g), yang mampu diikat oleh 100 g basis bebas air pada suhu tertentu (umumnya 15-20o C) secara terus menerus atau dalam jangka waktu terbebas (umumnya 24 jam), dimana air tersebut digabungkan secara manual. Bilangan air (BA) dan kandungan air (KA), yang dinyatakan dalam prosen adalah tidak identik. Sebagai basis acuan untuk bilangan air digunakan basis bebas air, sedangkan kandungan air mengacu kepada salep emulsi yang mengandung air. Kedua bilangan ukur tersebut dapat dihitung menurut persamaan
 :  BA =  
Ket : KA : kandngan air
         BA : bilangan air.
·         .2.Kandungan Air
            Ada tiga kandungan yang dapat dilakukan untuk menentukan kandungan air dari salep.
a.    Penentuan kehilangan akibat pengeringan. Sebagai kandungan air digunakan ukuran kehilangan masa maksimalm (%) yang dihitung pada saat pengeringan di suhu tertentu (umumnya 100-110o C).
b.    Cara penyulingan. Prinsip metode ini terletak pada penyulingan menggunakan bahan pelarut menguap yang tidak dapat bercampur dengan air.
c.    Cara titrasi menurut Karl Fischer.
Untuk menghitung kandungan air digunakan formula berikut :
      % Air =  F
f = harga aktif dari larutan standar (mg air/ml)
a = larutan standar yang dibutuhkan (ml)
b = larutan standar yang dibutuhkan dalam penelitian blanko (ml)
P = penimbangan zat (mg)
Metode tersebut menghasilkan harga yang sangat tepat dan khususnya cocok untuk menentukan jumlah air yang rendah.
·         3.Konsistensi
Konsistensi bukanlah istilah yang dirumuskan dengan pasti, melainkan hanya sebuah cara, untuk mengkarakterisasikan sifat berulang, seperti sifat lunak dari sediaan sejenis salep atau mentega, melelui angka ukur.
·         4.Penyebaran
Penyebaran salep diartikan sebagai kemampuan penyebarannya pada kulit. Penentuan dilakukan dengan Extensometer.
·         5.Termoresistensi
Tentang termoresistensi dari salep dihasilkan dari tes terayun. Hal itu digunakan untuk mempertimbangkan daya simpan salep didaerah dengan perubahan iklim, terjadi secara nyata dan terus menerus.

·         6.Ukuran Partikel
Untuk menentukan ukuran partikel dalam salep suspense dapat digunakan cara umum dengan asumsi bahwa harga yang diperoleh dari beberapa sampel telah mewakili seluruh sediaan.



BAB III
FORMULASI
3.1.Resep

1.    ACIDY SALICYLICI ZINCOXYDY PASTA  (pasta asam salisilat seng)
KOMPOSISI : Tiap 10g mengandung

R/ Acidum salicylicum 200mg
Zincoxydum 2,5g
Amilum triticy 2,5g
Vaselin faum ad 10 g
Mf. Pasta 10g
Sue.
Pro       : Amir
Umur   : 20thn
Alamat : jl. Barito 5 Malang
·         Acidum salicylicum 200mg / 10g X 10g =  200mg
·         Zincoxydum 2,5g /10g X 10g = 2,5 g
·         Amilum triticy 2,5g/ 10g X 10g = 2,5g
·         Vaselin faum ad 10 g – (0,2g + 2,5g + 2,5g) = 4,8g
Cara Pembuatan :
1.      disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2.      ditimbang vaselin flavum , dimasukkan cawan  lebur ad leleh, dimasukkan mortir aduk ad dingin
3.      ditimbang acid salisilat, dimasukkan mortir ditetesi spiritus fortior
4.      ditimbang amilum, dimasukkan ke dalam no 3, diaduk ad homogen
5.      diayak zinc oxide, kemudian ditimbang dan dimasukkan ke dalam no 4, diaduk ad homogen
6.      hasil campuran no 5, dimasukkan ke dalam no 2, diaduk ad homogen
7.      dimasukkan ke dalam wadah yang telah disiapkan dan diberi etiket.

2.    R/ketokenazol     2%
                              Tragakan               2%
                              Gliserol                25%
                              Air  hingga           100 g
                              Mf jely 10g
        Sue
·         ketokenazol 2%  =  2/100 X 10g = 0,2
·         Tragakan               2%  =  2/100 X 10g = 0,2 g
·         Gliserol                25%  = 25 / 100 X 10g = 2,5 g
·         Air  hingga           10 g -  ( 0,2 + 0,2 + 2,5) =  9,71
Cara Pembuatan : 
1.      Siapkan alat dan bahan yang dibuthkan
2.      Timbang tragakant tambahan dengan air diamkan beberapa menit lalu gerus sampai terbentuk jeling agent
3.      Timbang ketokenazol tambahkan dalam mortir sambil gerus sampai homogen encerkan dengan sedikit air
4.      Timbang dan Tambahkan gliserol dalam mortis sambil gerus ad homogen
5.      Masukan dalam wadah yang sesuai dan beri etiket.

3.    Pasta Lasari (FMS hal 94)
R/Acid Salicyl             20
    ZnO                         25
    Amy tritici               25
    Vas flav ad              100
    mf pasta
1.      Acid salicyl     =  x 10 gram = 2 gram
2.      ZnO                  =  x 10 gram = 2,5 gram
3.      Amilum tritici  =  x 10 gram = 2,5 gram
4.      Vaselin flavum = 10 gram – (2 + 2,5 + 2,5) gram
        = 10 gram – 7 gram
        = 3 gram
Cara Pembuatan :
1.    Disiapkan alat dan bahan
2.    Ditimbang vaselin flavum kemudian dilelehkan di atas waterbath
3.    Ditimbang acid salicyl, dimasukkan ke dalam mortir lalu ditetesi spiritus fortior kemudian ditambahkan amylum tritici, gerus
4.    Setelah leburan leleh sempurna, dimasukkan ke dalam mortir yang berisi campuran amilum tritici+acid salycil gerus ad homogeny
5.    Ditimbang ZnO,kemudian diayak menggunakan ayakan B40 lalu dimasukkan kedalam campuran no 4, digerus ad homogeny
6.     Dimasukkan dalam wadah yang sesuai dan diberi etiket
3.1.2. Alat dan Bahan
Alat
Bahan
Mortir + stamper
Acidum salicylicum
Serbet/tissue
Zincoxydum
Timbangan + anak timbangan/ penara
Amilum triticy
Gelas ukur  / beaker glass
ketokenazol
Kertas perkamen / etiket
Tragakant
Sendok tanduk
Gliserol
Sudip
Vaselin flavum
Wadah gell/ pasta

Batang pengaduk





BAB III
PEMBAHASAN
                        



Dartar  pustaka.
1.      Ilmu Resep.drs.Syamsuni.Penerbit Buku Kedokteran
2.      Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979
3.       Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia
4.      Ilmu Meracik Obat. Mohammad Anief. Gadjah Mada Uneversity Press
5.      Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Howard C.Ansel
6.      Phamacope Holand Edition V
7.      Formularium Nasional. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978
8.      Formularium Medicamentorium Selectum. Ikatan Sardjana Farmasi Indonesia. Surabaya.
9.      Katdare Ashok, Mahesh V Chaubal. 2006. Exipient Development for Pharmaceutical and Drug Delivery System. Informa Healthcare : New York, London.
10.  Liebermann.1996. Pharmaceutical Dosage Forms : Disper Syastemd Volume 2. 415-425. Machel Dekker, New York

1 komentar:

niss_nissya mengatakan...

makasih, materinya sangat membantu

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Pages

Blogger templates