Jumat, 18 Januari 2013
SEDIAAN LIQUID
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Bagi
masyarakat indonesia begitu mendengar kata obat itu sebenarnya bukan hal yang baru, telah lama obat-obatan digunakan
secara turun temurun dan diyakini mamapu mengobati suatu penyakit dan dirasakan
khasiatnya. Kepercayaan pada obat juga terus meningkat seiring dengan
perkembangan ilmu tentang obat yang semakin meningkat setiap tahunya.
Dalam
sediaan farmasi terdapat beberapa bentuk obat yang umumnya untuk menentukan
bentuk obat yang akan dibuat. Setiap bentuk sediaan memiliki fungsi dan
kegunaan masing-masing sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pemakaian, secar
garis besar ada tiga bentuk sediaan obat yaitu sediaan Padat, Semipadat, dan
Liquit atau sediaan cair.
Bentuk
sediaan cair sering digunakan untuk
pasien yang susah mengkonsumsi tablet atau kapsul terutama pada anak-anak,
karena sediaan cair mudah untuk di konsumsi dari pada bentuk tablet. Selain itu
sediaan cair biasanya dapat menutupi rasa tidak enak atau rasa pahit dari obat,
tetapi sediaan cair lebih mudah rusak oleh tempat penyimpanan sediaan, sediaan
bentuk ini juga mudah terkontaminasi oleh bakteri karena air merupakan media
yang paling bagus untuk pertumbuhan bakteri.
Seorang
ahli farmasi harus dapat membuat formulasi yang tepat dengan b ahan tambahan
yang sesuai dan tempat penyimpanan harus di perhatikan, simpan pada suhu
ruangan agar sediaan tidak cepat rusak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LARUTAN
2.1.1
Definisi Larutan
-
Menurut
FI III hal 32
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia
terlarut, kecuali dinyatakan lain sebagai pelarut digunakan air suling.
Larutan steril yang digunakan sebagai obat luar harus memenuhi
syarat yang tertera pada injectiones. Wadah harus dikosongkan dengan cepat,
kemasan boleh lebih dari 1 liter.
-
Menurut
FI IV hal 13
Larutan dalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat
kimia yang terlarut,missal : terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang
sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur.
-
Menurut
Formularium Nasional hal 332
Larutan adalah sediaan cair yang dibuat dengan melarutkan satu
jenis obat atau lebih didalam pelarut, dimasudkan untuk digunakan sebagai obat
dalam, obat luar atau yang dimasudkan kedalam organ tubuh.
-
Menurut
Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi hal 304
Larutan didefinisikan sebagai sediaan cair yang mengandung satu
atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air yang
karena bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaannya tidak dimasukkan
kedalam golongan produk lainnya.
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat
yang terlarut.
2.1.2 Macam-macam Sediaan
Penggolongan menurut cara pemberiannya:
1.
Larutan
oral adalah sediaan oral yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau
lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut
dalam air atau campuran kosolven-air
a.
Sirup
adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi
(sirup simpleks adalah sirup yang hamper jenuh dengan sukrosa)
b.
Eliksir
adalah larutan oral yang mengandung etanol sebagai kosolven (pelarut)
2.
Larutan
topical adalah larutan yang biasanya mengandung air, tetapi sering sekali
mengandung pelarut lain seperti etanol dan poliol untuk penggunaan pada kulit,
atau dalam larutan lidokain oral topical untuk penggunaan pada permukaan mukosa
mulut.
a.
Losio
(larutan atau suspensi) yang digunakan secara topical
b.
Larutan
otik adalah larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan
bahan pendispersi.
Penggolongan berdasarkan system pelarut
1.
Spirit
adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dari zat mudah menguap,
umumnya digunakan sebagai bahan pengaroma
2.
Tingtur
adalah larutan mengandung etanol atau hidroalkohol yang dibuat dari bahan
tumbuhan atau senyawa kimia.
3.
Air
suling adalah larutan jernih dan jernih dalam air, dari minyak mudah menguap
atau senyawa aromatik,atau bahan mudah menguap lainnya.
Pelarut yang biasa digunakan adalah:
a.
Air untuk
melarutkan bermacam-macam garam.
b.
Spiritus
untuk melarutkan kamfer, iodine, mentol
c.
Gliserin
untuk melarutkan tannin, zat samak, boraks, fenol
d.
Eter
untuk melarutkan kamfer, fosfor, sublimat
e.
Minyak
untuk melarutkan kamfer, menthol
f.
Paraffin
liguidum untuk melarutkan cera, cetasium, minyak-minyak, kamfer, mentol,
klorbutanol
g.
Kloroform
untuk melarutkan minyak-minyak, lemak
2.1.3
keuntungan
dan Kerugian
-
Keuntungan
1.
Merupakan
campuran homogeny
2.
Dosis
sapat diubah-ubah dalam pembuatan
3.
Dapat
diberikan dalam larutan encer, sedangkan kapsul dan tablet sulit diencerkan
4.
Kerja
awal obat lebih cepat karena obat cepat diabsopsi
5.
Mudah
diberi pemanis, bau-bauan dan warna, dan hal ini cocok untuk pemberian oral
pada anak-anak
6.
Untuk
pemakaian luar, bentuk larutan mudah digunakan
-
Kerugian
1.
Volume
bentuk larutan lebih besar
2.
Ada obat
yang tidak stabil dalam larutan
3.
Ada obat
yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam larutan
2.1.4 Syarat-syarat Larutan
a.
Komponen
berupa: cairan, padat, gas
b.
Pelarut
berupa cairan
c.
Zat
pelarut harus dapat larut dalam pelarutnya
2.1.5 Komposisi Sediaan Larutan
1. Bahan aktif
2. Solute (zat terlarut)
Contohnya: kamfer, iodine, menthol, cerra, cetasium
3. Solven (zat pelarut)
Contohnya: air: untuk
macam-macam garam
Spiritus: untuk kamfer,iodium,
menthol
Gliserin: untuk tannin, zat
samak, borax, fenol
Eter: untuk kamfer, fosfor,
sublimat
Minyak: untuk kamfer dan menthol
Paraffin
Liquidum: untuk cera, cetasium, minyak-minyak kamfer, menthol, chloro butanol
Eter minyak
tanah: untuk minyak-minyak lemak
4. Bahan Tambahan
-
Pengawet
anti jamur digunakan dalam preparat cairan dan preparat setengah padat untuk
mencegah pertumbuhan jamur
Contoh: asam benzoate, butyl paraben, etil paraben, propel
paraben, natrium benzoate, natrium propionate
-
Pengawet
anti mikroba digunakan dalam preparat cair, dan preparat setenfah padat untuk
mencegah pertumbuhan mokroorganisme
Contoh: benzalkonium
klorida, benzotanum, benzyl alcohol, setilpridium klorida, klorobutanol, fenol,
fenil etil alcohol, fenil merkuri nitrat, timerosol.
2.1.6 Metode Pembuatan
1. zat-zat yang mudah larut dilarutkan dalam botol
2. zat-zat yang agak sukar larut dilarutkan dengan pemanasan
3. untuk zat-zat yang akan terbentuk hidrat maka air dimasukkan
dulu dalam erlenmeter agar tidak terbentuk senyawa hidrat yang lebih lambat
larutnya
4. untuk zat yang meleleh dalam air panas dan merupakan tetes
besar dalam dasar Erlenmeyer atau btol maka perlu dalam melarutkan digoyang
atau dikocok untuk mempercepat larutnya zat tersebut
5. zat-zat yang mudah terurai pada pemanasan tidak boleh
dilarutkan dengan pemanasan atau dilarutkan secara dingin
6. zat-zat yang mudah menguap bila dipanasi, dilarutkan dalam
botol tertutup dan dipanaskan
serendah-rendahnya sambil digoyangkan
7. obat-obat keras harus dilarutkan tersendiri, untuk meyakini
apakah sudah larut semua, dapat dilarutkan dalam tabung reaksi lalu dibilas
8. perlu diperhatikan bahwa pemanasan hanya diperlukan untuk
mempercepat larutnya suatu zat, tidak untuk menambah kelarutannya sebab bila
keadaannya menjadi dingin maka akan terjadi endapan.
2.1.7 Evaluasi
1. Viskositas adalah gaya yang diperlukan untuk menggerakkan
secara berkesinambungan suatu permukaan datar melewati permukaan datar lainnya
dalam kondisi mapan tertentu bila ruang diantara permukaan tersebut diisi
dengan cairan yang akan ditentukan kekentalannya
Prosedur: - Diisi tabung Ostwald dengan sampel
-
Dengan
bantuan tekanan atau penghisapan alur mundur cairan dalam tabung kapiler hingga
garis graduasi teratas
-
Buka
kedua tabung pengisi dan tabung kapiler agar cairan dapat mengalir beban
kedalam wadah melawan tekanan atmosfir
-
Catat
waktu, dalam detik yang diperlukan cairan untuk mengalir dari batas atas hingga
batas bawah dalam tabung kapiler (FI IV hal 1038)
2. Uji intensitas warna dilakukan dengan pengamatan pada warna
sirup mulai 0-4 warna yang terjadi selama penyimpanan dibandingkan dibandingkan
dengan warna pada minggu 0. Uji ini bertujuan untuk mengetahui perubahan warna
sediaan cair yang disimpan selama waktu tertentu.
2.2 SUSPENSI
2.2.1 Definisi Suspensi
-
Menurut
FI III hal 32
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam
bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa
-
Menurut
FI IV hal 17
Suspense adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat
tidak larut yang terdispersi dalam fase cair
-
Menurut
Formularium Nasional hal 3
Suspense adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak
melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa atau sediaan padat
terdiri dari obat dalam bentuk serbuk sangat halus, dengan atau tanpa zat
tambahan yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan
-
Menurut
IMO hal 149
Suspense adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam
bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa
-
Menurut
Leon Lachman hal 985
Suspense adalah sistem heterogen yang terjadi dari dua fase
kontinu atau fase luar umumnya merupakan cairan atau semi padat yang tidak
larut bisa dimasutkan untuk absorpsi fisiologis atau untuk fungsi pelapisan
dalam dan luar
2.2.2 Macam-macam suspensi
1. Suspensi menurut
jenisnya
a.
Suspensi
siap digunakan
b.
Suspensi
yang dikonstitusikan dengan sejumlah air inteksi atau pelarut lain yang sesuai
debelum digunakan
2. Suspensi menurut
penggunaannya
a.
Suspensi
oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat terdispersi dalam
pembawa air dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan
oral
b.
Suspensi
topical adalah sediaan cair mengandungpartikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair yang ditujukkan untuk penggunaan pada kulit
c.
Suspensi
tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang
ditunjukkan untuk teteskan pada telinga bagian luar
d.
Suspensi
optalmik seperti tertera pda ophthalmicae praeparationes
2.2.3 Keuntungan dan Kerugian
1. Keuntungan
a.
Baik
digunakan untuk pasien yang menerima tablet / kapsul
b.
Homogenitas
tinggi
c.
Lebih
mudah diabsorpsi dari pada tablet / kapsul
d.
Dapat
menutupi rasa tidak enak
e.
Mengurangi
penggunaan zat aktif yang tidak stabil dalam air
2. Kekurangan
a. Kestabilan rendah
(pertumbuhan kristal jika jenuh, olegradasi, dll)
b. Jika membentuk “cracing” akan sulit terdispersi ke
c. Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan system
disperse (cacking, flokulasi, deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi atau
perubahan temperature
d.
Sediaan
suspensi harus dikocok terlebih dahuluuntuk memperoleh dosis yang diinginkan
2.2.4 Istilah Suspensi
1. suspensi dalam pembawa yang mengandung air yang ditujukan
untuk pemakaian oral (contoh susu magnesia).
2. magma, suspense zat padat anorganik dalam air, seperti
lumpur, jika zat padatnya mempunyaikecenderungan terhidrasi dan teragregasi
kuat yang menghasilkan kol seperti gel dan sifat rheologi tiksotropik (contoh
magma bentonit)
3. lotio, suspense topical dan emulsi untuk pemakaian pada kulit
Berdasarkan sifat
Ø Suspensi deflokulasi
· Partikel yang terdispersi merupakan unit tersendiri dan apabila
kecepatan sedimentasi dari pada ukuran partikel tiap unit maka kecepatannya
akan lambat
· Gaya tolak menolak anatara dua partikel menyebabkan
masingt-masing partikel menyelip diantara….pada waktu mengendap
· Supernatant system deflokulasi keruh dan setelah pengocokan
kecepatan sedimentasi partikel yang sangat lambat
· Keunggulannya: system deflokulasi akan menampilkan dosis yang
relative homogeny pada waktu yang karena kecepatannya sedimentasi yang lambat
· Kekurangannya: apabila sudah terjadi endapan sukar sekali
diredispersi karena terbentuk masa yang kuat
· System deflokulasi dengan viskositas tinggi akan mencegah
sedimentasi tetapi tidak dapat dipastikan system akan tetap homogeny pada waktu
paronya.
Ø Suspensi flokulasi
·
Partikel
system flokulai berbentuk agregat yang dapat mempercepat terjadinya
sedimentasi. Hal itu disebabkan karena setiap unit partikel dibentuk oleh
kelompok partikel sehingga ukuran agregat rendah
·
Cairan
supernatant pada system deflokulasi cepat sekali bening yang disebabkan
flokul-flokul terbentuk cepat sekali mengendap dengan ukuran yang
bermacam-macam
·
Keunggulannya:
·
Sedimen
pada tahap akhir penyimpanan akan tetap besar dan mudah diredispersi
·
Kekurangannya:
dosis tidak akurat dan prosuk tidak elegan karena kecepatan sedimentasinya
·
Flokulasi
dapat dikendalikan dengan
a.
Kombinasi
ukuran partikel
b.
Penggunaan
elektrolit untuk control potenzial zeta
c.
Penambahan
polimer mempengaruhi hubungan atau struktur partikel dalam suspensi
Menurut FI III hal 32 dan FI IV hal 18
1.
Zat
terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
2.
Jika
dikocok, harus segera terdispersi kembali
3.
Dapat
mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspense
4.
Kekentalan
suspense harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspensi tetap
agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan (Ansel 356)
2.2.5 Komposisi Supensi
1. Bahan aktif adalah bahan utama atau yang digunakan sebagi
pemberi efek terapi (contoh pirantel pamoat, Al (OH)3, Mg(OH)2,dll)
2. Bahan pensuspensi adalah bahan yang ditambahkan untuk
memperlambat penimbunan partikel dan homogenitas partikel (contoh: gom arab,
cmc, tween, spon, tragacanth, dll)
3. Bahan tambahan adalah
bahan-bahan yang ditambahkan untuk memperbaiki rasa maupun penampilan sediaan
meliputi corgen, sapons (contoh: zine, eritrosin, caramel, saffron, chloophyl,
dll), pemberi aroma (contoh oleum cinnamon, menthol, vanilum, oleum ricini,
olleum triciti dll), pelarut (contoh dioxolanel, ethyl alcohol, dimethyl
acetamide, propylene glycol,dll) buffer (contoh: aceticatol,klorobutanol,
nipagin, nipasol, fenol,dll)
2.2.6 Metode Pembuatan
1. Metode Dispersi adalah dengan cara menambahkan serbuk bahan
obat kedalam mucilage yang telah terbentuk kemudian baru diencerkan, perlu
diketahui bahwa kadang-kadang terjadi kesukaran pada saat mendispersiserbuk
dalam vehicle, hal tersebut karena adanya udara, lemak atau kontaminan pada
serbuk. Serbuk yang sangat halus mudah kemasukan udara sehingga sukar dibasahi.
Mudah sukarnya serbuk-serbuk dibasahi tergantung besarnya sudut kontak anatara
zat terdispersi dengan medium. Bila sudut kontak ± 900 serbuk akan
mengambang diatas cairan, serbuk yang sedemikian disebut memiliki sifat
hidrofob. Untuk menurunkan tegangan anatar muka antara partikel zat padat dengan
cairan tersebut perlu ditambahkan zat pembasah atau wetting agent
2. Metode Presipitasi adalah zat yang didispersikan dilarutkan
dahulu kedalam pelarut organic yang hendak dicampur dengan air, setelah larut
pelarut organic, larutan zat ini kemudian diencerkan dengan larutan
pensuspensi. Cairan organic tersebut adalah etanol, propilen glikol dan
polietilen glikol.
2.2.7 Evaluasi Sediaan
a. Ukuran partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel
tersebut serta daya tekan keatas dari suspense itu. Hubungan antara ukuran
partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan
luas penampang dengan daya tekan keatas merupakan hubingan linear, artinya
semakin besar ukuran partikel semakin luas penampangnya sedangkan semakin besar
luas penampang partikel daya tekan ke atas cairan akan semakin memperlambat
gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel dengan
dimixer.
b. Viskositas
Viskositas suatu
cairan mempengaruhi kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental suatu
cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil). Kecepatan aliran dari cairan
tersebut mempengaruhi pula gerakan turunnya partikel yang terdapat didalamnya.
Dengan demikian dengan menambah viskositas cairan, gerakan turun dari partikel
yang kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok
dan dituang. Untuk menaikkan viskositas ditambah zat pengental.
c. Jumlah
partikel
Apabila didalam
suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka partikel tersebut akan
susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antar
partikel tersebut. Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat
tersebut. Oleh karena itu, makin besar konsentasi partikel, makin besar
terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.
d. Sifat atau muatan
partikel
Dalam suatu
suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa campuran bahan yang sifatnya
tidak selau sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan
tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan karena sifat
bahan mempengaruhinya.
2.3 EMULSI
2.3.1 Definisi emulsi
1.FI III hal 9
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair
atau larutan obat terdispersi dalam pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi
atau surfaktan yang cocok.
2. Pengatar Betuk Sediaan
Farmasi edisi IV hal 376
Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersi
terdiri dari bulatan – bulatan kecil zat cair
yang terdistribusi keseluruh pembawa yang tidak tercampur.
3. FI IV hal 6
Emulsi adalah system dua fase yang salah satu caranya
terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil.
4. Formularium Kosmetik
Indonesia 1985 hal 22
Emulsi adalah sediaan dasar berupa system dua fase
terdiri dari dua cairan yang tidak tercampur dimana salah satu cairan
terdispersi dalam bentuk globul dalam cairan lainnya. Jika konsistensinya lebih
kental baisanya diebut krim.
5. Formularium Kosmetik
Indonesia 1985 hal 22
Emulsi topikal adalah sediaan dasar berupa system dua
fase terdiri dari dua cairan yang tidak tercampur dengan penambahan emulgator
dan cara pemakaiannya melalui jaringa kulit ( topikal ).
2.3.2 Macam – macam
suspensi
Berdasarkan penggunaannya
emulsi dibagi menjadi dua golongan yaitu :
1.
Emulsi untuk
pemakaian dalam
1.1 Emulsi untuk penggunaan per – oral
Biasanya memilili tipe minyak
dalam air. Emulgator merupakan film penutup dari minyak. Obatnya untuk meutupi
rasa tidak enak, zat perasa diberikan pada fase ekstern untuk menaikkan rasa
enak.
1.2 Emulsi untuk injeksi intravena
Penggunaan emulsi
parenteral meminta perhatian khusus
selama produksi seperti pemilihan emulgator, ukuran dan kesamaan butir tetes
pada penggunaan intravena.
2. Emulsi untuk pemakaian luar (topikal)
Baik dalam bentuk minyak dalam
air atau air dalam minyak yang dipakai dalam pemakaian kulit dan membram
mukosa. Dengan proses emulsi memungkinkan terbentuk lotio atau cream yang
konsistensinya memilili sifat – sifat :
1)
Dapat meluas
daerah yang diobati
2)
Mudah dicuci
3)
Tidak membekas
pada pakaian
4)
Memiliki
bentuk, warna dan rasa yang enak.
Berdasarkan macam zat cair yang befungsi sebagai fase internal
ataupun eksternal, digolongkan menjadi 2 yaitu :
1. Emulsi tipe O/W atau M/A ( minyak dalam air )
Adalah emulsi yang terdiri
dari butiran minyak yang tersebar atau terdispersi dalam air minyak sebagai
fase internal dan air sebagai fase eksternal.
2. Emulsi tipe W/O atau A/W (cair dalam minyak)
Emulsi yang terdiri atas butiran air yang sebar atau terdispersi
kedalam minyak. Air sebagai fase internal dan minyak sebagai fase eksternal.
2.3.3 Syarat – syarat
emulsi
Sediaan dapat terbentuk jika :
1) Terdapat dua zat yang tidak saling melarutkan
2)
Terjadi
proses pengadukan
3)
Terdapat
emulgator
4)
Mudah
dioleskan merata pada kulit dan tidak mengiritasi kulit
5)
Tidak berbau
tengik
6)
Tidak menodai
pakaian
7)
Bebas
partikel keras
8) Sifatnya dalam penyimpanan : tetap homogeny dan stabil dan tidak
berbau tengik.
Sediaaan
emulsi yang baik adalah sediaan emulsi yang stabil, dikatakan stabil apabila
sediaan emulsi tersebut dapat mempertahankan distribusi yang teratur dari fase
terdispersi dalam jangka waktu yang lama ( R. Voight, 434 )
2.3.4 Komponen sediaan
emulsi
Terdiri dari
bahan aktif danbahan tambahan
1. Bahan aktif
Seperti parafin cair, oleum
2. Bahan tambahan antara lain :
1) Emulgator atau zat pengemulsi surfaktan
Emulgator
menstabilkan dengan cara menempati antar permukaan antar permukaan antar
tetesan dan fase eksternal, dan dengan membuat batas fisik disekeliling
partikel yang dapat berkondensi, emulgator juga mengurangi teganagan antar muka
antara fase sehingga meningkatkan proses emulsifikasi selama percampuran.
Bahan – bahan pengemulsi
(emulgator)
1. Emulgator alam yaitu emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses
yang rumit.
2. Emulgator dari tumbuhan yaoitu termasuk golongan kabohidrat dan
merupakan emulgator tipe O/W, sangat peka terhadap elektrolit dan alcohol kadar
tinggi dan dapat di rusak oleh bakteri.
Beberapa emulgator yaitu:
1) Gom arab
Sangat baik sebagai emulgator
dalam emulsi O/W dan untuk obat minum. Emulsi yang terbentuk sangat stabil dan
tidak terlalu kental. Kestabilan emulsi yang dibuat dengan gom arab berdasarkan
dua faktor yaitu:
1.
Kerja gom
sebagai koloid pelindung ( teori plastis film )
2.
Terbentuknya
cairan yang cukup kental sehingga laju pengendapannya cukup kecil tetapi masih
dapat dituang (higroskopik). Jika tidak dinyatakan lain, emulsi yang dibuat
dengan gom arab menggunakan 1 bagian dari humlah minyaknya. Untuk membuat
korpus emulsi diperlukan air 1,5 kali bobot gom, kemudian diaduk kuat – kuat
lalu diencerkan sisa airnya.
3.
Lemak – lemak
padat : PGA sama dengan lemak padat
Cara pembuatan:
1.
Lemak padat
dilebur lalu ditambahkan gom, buat korpus dengan air panas 1,5 kali berat gom,
dinginkan dan encerkan emulsi dengan air dingin. Contoh : cera, oleum cacao,
paraffin solid.
2.
Miyak astiri
: PGA sama banyak dengan minyak astiri
3.
Minyak lemak
: PGA setengah kali bobot minyak lemak, kecuali oleum ricini karena memiliki
gugus -OH, bersifat hidrofil sehingga
untuk membuat emulsi cukup dibutuhkan sepertiga saja contoh : olium
amydarum.
4.
Miyak lemak +
minyak astiri + zat padat dilarutkan dalam minyaknya ditambhkan gom ( setengah
kali minyak lemak + aqua × minyak astiri +aqua + zat padat ).
5.
Bahan obat
cair berbobot jenis tinggi contohnya kloroform dan bromoform ditambahkan minyak
lemak 10 kali beratnya, maka bj camuran mendekatkan satu gom sebanyak tiga
perempat kali bahan obat cair tersebut.
6.
Balsem –
balasem : gom sama banyaknya dengan balsem
7.
Oleum iccoris
aseli : menurut FORNAS dipakai 30% dari bobot minyak.
2) Tragakan
Dispersi tragakan dalam air
sangat kental sehingga untuk memperoleh emulsi dengan viskositas yang baik
diperlukan tragakan yang skalanya satu persepuluh kali gom arab, emulgator ini
hanya bekerja optimum pada pH 4,5 dan 6. Tragakan dibuat korpus emulsi dengan penambahan
air sebanyak 20 kali berat tragakan.
Tragakan hanya memiliki fungsi sebagai pengental, tidak dapat membentuk koloid,
pelindung seperti pada gom.
3) Agar – agar
Emulgator ini tidak efektif,
zat ini biasanya ditambahkan untuk pengental dari emulsi dengan gom arab.
Sebelum dipakai agar – agar ini dilautkan dahulu dengan air mendidih lalu
didinginkan pelan – pelan sampai suhu tidak kurang dari 45° C ( jika suhu kuang
dari 40° C maka larutan agar – agar membentuk gel ). Biasanya digunakan 1
sampai 2 %.
4) Condrus
Biasanya sangat baik dipakai
untuk emulsi minyak ikan. Karena dapat menutupi rasa dan bau minyak ika
tersebut. Cara mempersiapkannya seperti pada agar – agar.
Emulgator lain :
1. Kuning telur
Mengandung lisetin (golongan
protein atau asam amino )dan kolesterol yang semuanya itu berfungsi sebagai
emulgator. Lisetin adalah emulgator tipe O/W dan kolesterol adalah tipe W/O.
Kemampuan lisetin lebih besar dari kolesterol, lisetin dapat mengemulsi minyak
lemak empat kali bobotnya serta minyak menguap.
2. Adeps lanae
Zat ini mengandung kolesterol,
merupakan tipe O/W dan banyak dipergunakan dalam pemakaian luar. Penambahan
emulgator ini akan menambahkan minyak untuk menyerap air, dalam keadaan sering
dapat menyerap air dua kali bobotnya.
Emulgator dari mineral :
1.
Magnesium
Alumunium Silikat
Merupakan senyawa organik yang
terdiri dari garam – garam magnesium dan alumunium, emulsi yang terbentuk dalam
emulsi uni adalah tipe O/W sedangkan pemakaian yang lazim adalah 1%, emulsi ini
untuk pemakaian luar.
2.
Bentonit
Tanah liat
terdiri atas senyawa alumunium silikat yang dapat mengabsobsikan sejumlah besar
air sehingga membentuk masa seperti gel untuk tujuan sebagai emulgator
digunakan 5%.
Emulgator buatan /
sintesis :
Dapat dikelompokkan menjadi :
-
Anionik :sabun alkali, Na. Laurin sulfat
-
Kationik :senyawa amonium kuartorner
-
Nonionik :tween dan span
-
Amforter : protein lisitin
1. Sabun
Sangat banyak
dipakai untuk emulsi topikal, sangat peka terhadap elektrolit. Dapat digunakan
emulgator tipe O/W atau W/O tergantung valensinya. Sabun bervalensi 1, misalnya
sabub kalium (tipe O/W ), sedangkan sabun bervalensi dua, misalnya sabun kalium
(tipe W/O ).
2. Tween :20:40:60:80
3. Span :20:40:80
Sistem HLB (ilmu resep,
122)
Setiap jenis emulgator memiliki harga kesetimbangan yang
besarnya tidak sama. Harga kesetimbangan ini biasanya disebut dengan istilah
“HLB”(hydrophy lipophyl balance ) yaitu angka yang menunjukkan perbandingan
antara kelompok hodrofil dan lipofil. Semakin besar harga HLB maka semakin
banyak kelompok yang suka air dan semikian sebaliknya. Kegunaan emulgator
ditinjau dari harga HLB nya :
Harga HLB
|
Kegunaannya
|
1-3
|
Anti fading agent
|
4-6
|
Emulgator tipe W/O
|
7-9
|
Bahan pembasah (wetting
agent)
|
8-10
|
Emulgator tipe O/W
|
13-15
|
Bahan pembersih
(detergen)
|
15-18
|
Pembantu kelarutan
(solubilizing agent)
|
Nilai HLB beberapa tipe
surfaktan
Surfaktan
|
Nilai HLB
|
keterangan
|
Tween 20
(polioksietilen sorbitol monolaurat)
|
16,7
|
Cair
|
Tween 40
(polioksietilen sorbitol monopalmitat)
|
15,6
|
Cair minyak
|
Tween 60
(polioksietilen sorbitol monostearat)
|
14,9
|
Semi padat semi minyak
|
Tween 65
(polioksietilen sorbitol tristearat )
|
10,5
|
Padat seperti lilin
|
Tween 80
|
15.0
|
Cair seperti minyak
|
Tween 85
|
11,0
|
Cair seperti minyak
|
Arlacel atau span 20
|
8,6
|
Cairan minyak
|
Span 60
|
4,7
|
Padat seperti malam
|
Span 80
|
4,3
|
Cair minyak
|
Arlancer 83 (sorbitol)
|
3,7
|
Cairan minyak
|
Gom
|
8,0
|
|
TEA (triethanolamin)
|
12,0
|
2.3.5 Cara pembuatan
emulsi :
1. Metode gom kering
Dalam metode ini zat pengemulsi (biasanya gom arab )
dicampur dengan minyak terlebih dahulu, kemudian ditambahkan air untuk
membentuk korpus emulsi, baru diencerkan sisa air yang tersedia.
2.Metode gom basah atau
Metode Inggris
Zat
pengemulsi ditambahkan kedalam air agar membuat suatu mucilago kemudian
perlahan – lahan minyak dicampurkan untuk membentuk emulsi kemudian diencerkan
dengan sisa air.
3.
Metode botol
Digunakan
untuk minyak menguap dan zat – zat yang bersifat minyak dan memiliki viskositas
rendah (kuning kental ) serbuk gom dimasukkan kedalam botol yang ditambahkan 2
bagian air, botol ditutup, kemudian campuran tersebut digojog dengan kuat,
tambahkan sisa airs edikit demi sedikit sambil digojok.
2.3.6 Evaluasi sediaan
emulsi
1. Dengan pengenceran
fase
Setiap emulsi
dapat diencerkan denga fase ekternalnya. Tipe O/W dapat diencerkan dengan air .
sesangkan tipe emulsi W/O dapat diencerkan dengan minyak.
2. Pemberian warna atau
pengecatan
Zat warna
akan tersebar merata dalam emulsi apabila zat tersebut larut dama fase
kesternal dari emulsi tersebut.
3. Kertas saring
Bila emulsi diteteskan
pada kertas saring, kertas saring menjadi basah, maka tipe O/W, dan apabila
tibul noda minyak amak termasuk emulsi tipe W/O.
4.
Konduktifitas
listrik
5.
Creaming
yaitu terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan yaitu satu bagian mengandung fase
disper lebih banyak dari apda lapisanyang lain, bersifat reversible ( jika
digojok perlahan lahan akan terdispersi kembali )
6.
Koalesensi
dan creaking ( breaking ) adalah pecahnya emulsi karena film yang meliputi
partikel rusak dan butiran minyak yang terpisah, emulsi ini bersifat
ireversible ( tidak dapat terbentuk kembali ) terjadi karena :
-
Peristiwa
kimia : seperti penambahan alkohol, perubahan ph, penambahan elekktrolit CaO
atau CaCl eksikatis
-
Peristiwa
fisika : seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan, pengadukan
-
Biologis :
fermentasi bakteri, jamur dan ragi
7.
Invesi fase :
peristiwa perubahan tipe emulsi O/W menjadi W/O secara tiba – tiba dan
sebaliknya, Sifatnya irevesible.
BAB III
RESEP
3.1 Larutan Oral
Resep Standart (FMS hal 45)
R/ Magn Sulfat 5
Nat
Sufat 5
Aq ad 100 cc
m.f.sol
S.Laxans
Dr.
Wahid Hasim
Sip:
026/XII/32/2012
Alamat prak: Jln.
Melaju Keras No 1 Malang
Telepon: (0341)
6611122
|
Malang 26 November 2012
R/ Obat Pencahar 60
mL
S1dd1
cth.h.v
Pro: Udin
Umur: 20 tahun
Alamat: Jln. Sanan
1A
|
Monografi
Ø Magnesii Sulfas (FI IV hal 516)
Nama latin: Magnesium Sulfat
Nma lain: Garam Inggris
Pemerian: Hablur, biasanya berbentuk jarum, tidak berwarna; rasa
dingin, asin dan pahit, Dalam udara kering dan hangat merekah.
Kelarutan: mudah larut dalam air : mudah larut secara perlahan
dalam gliserin; sangat mudah larut dalam air mendidih : agak sukar larut dalam
etanol.
Khasiat: Laksatuvum ; Antikonvulsan (FI III hal 355)
Laktasif/pencahar adalah obat-obatan yang diminum untuk membantu
mengatasi sembelit dengan membuat kotoran dengan mudah di usus.
Ø Natrium Sulfat (FI IV hal )
Nama Lain: Garam Inggris
Pemerian: Hablur tidak berwarna atau granul putih : tidak
berbau: merekah melebur pada suhu 32,5o
Kelarutan: Larut dalam 1,5 bagian air, dalam gliserin, tidak
larut dalam Etanol.
Perhitungan Bahan
Ø Mangnesiium Sulfat : x 60 ml = 3 g
Ø Natrium sulfat : x 60 ml = 3 g
Ø Aquades = 60 ml – ( 3 g + 3 g )
= 60 ml – 6 g
= 54 ml
Alat dan Bahan
Ø Alat
-
Timbangan
+ Anak timbangan
-
Gelas
ukur
-
Pipet
-
Botol
Coklat
-
Sendok
Tanduk
Ø Bahan
-
Magn
Sulfat
-
Nat
Sulfat
-
Aquades
-
Kertas
Perkamen
Cara Kerja
1.
Disiapkan
Alat
2.
Dibersihkan
alat yang akan di gunakan
3.
Kalibrasi
botol
4.
Ditimbang
3 g Mang Sulfat dan 3 g Nat Sulfat
5.
Dimasukkan
Mang Sulfat dan Nat Sulfat ke dalam botol
6.
Ditambahkan
aquades secukupnya, lalu kocok ad larut
7.
Dimasukkan
sisa aquades ad 60 ml, kocok ad homogen
8.
Deberi
etiket
Etiket Putih
APOTEK
“AKADEMI
FARMASI”
JL.
Barito 05 Malang (0341) 491132
Apoteker:
Drs. Ahmad Sarjono .APT.
|
Tgl. 26 november
2012 No: 01
Udin /
20 tahun
1 x
sehari / sendok teh
Sesudah
makan malam
|
Evaluasi
Warna : Bening
Bau
: Tidak berbau
Rasa
: Asam
Kelarutan
: Larut
Viskositas
: Rendah
Volume
: 58 ml
Pembahasan
3.2 Larutan Topikal
Resep Standart (FMS hal
100)
R/ Acid Salycil 5
Resorcin 5
Glycerin 5
Spir Dil ad
100
S ue
Dr. Ali Bandar
Sip : 026/XII/32/2012
Alamat Prk : JL. Donomulyo Malang
Telp : 0341 5638157
|
Malang, 26 Nov 2012
R/ Acid Salicyl
3
Reorcyn 3
Glycerin 3
Spir Dil ad
60 ml
Sue
Pro : Sigfried
Umur : 20 tahun
Alamat : Sanan 1A
|
Ø Diusulkan Glyserin BJ = 1
3 gram setara dengan 3 ml
Monografi
Ø Acidum Salicylum (Acud Salicisilat) FI IV hal 51
Pemerian : Hablur putih; Biasanya berbentuk jarum halus atau
serbuk hablur halus putih; rasa agak manis tajam dan stabil di udara, Bentuk
Sintesis warna dan tidak berbau. Jika di buat dari metil salisilat alami dapat
berwarna kekuningan atau merah jambu dan berbau lemah mirip mentol.
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan dalam benzena ; mudah
larut etanol dan dalam eter ; larut dalam air mendidih ; agak sukar larut dalam
kloroform.
Khasiat : Keratolitikum, Antifungi, obat gatal (FI III hal 59)
Ø Resorcinum ( Resorcin) FI IV hal 740-741
Pemerian : Serbuk atau hablur bentuk jarum, atau putih ; bau
khas lunak ; rasa manis di ikuti rasa pahit, oleh pengaruh cahaya atau udara ;
berwarna agak merah muda.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol, dalam gliserol
dan dalam eter ; sukar larut dalam kloroform. Larutan ( 1 dalam 100 ) bereaksi
netral atau asam terhadap kertas lakmus.
Khasiat : keratolitikum ( obat gatal ) FI III hal 556
Ø Glyserolum ( Gliserin ) FI IV hal 413
Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna ; rasa
manis ; hanya boleh berbau khas lemah ( tajam atau tidak enak ). Higroskopis ;
netral terhadap lakmu.
Kelarutan : dapat bercampur dengan air dan dengan etanol ; tidak
larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap.
Khasiat : Humectan : Pelelmbab, Emulsionis : Pelembut kulit ( Handbook
hal 220)
Ø Spiritus Dilutus ( Etanol 70% ) Etanolum Dilutum (FI IV hal 65)
Pemerian : cairan jernih mudah menguap dan mudah bergerak, tidak
berwarna ; bau khas : rasa terbakar pada lidah, mudah terbakar.
Khasiat : zat tambahan ( pelarut ) FI III hal 66
Wadah dan penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, jauhkan dari
api.
Perhitungan
Bahan
Ø Acid Salicyl : x 60 = 3 g
Ø Resorcyn : x 60 = 3 g
Ø Gliseryn : x 60 = 3 ml
Ø Spir Dil : = 60 ml – ( 3+3+3 )
= 60 ml –
9
= 51 ml
Alat dan
Bahan
Ø Alat
-
Timbangan
dan anak timbangan
-
Botol
coklat
-
Pipet
-
Gelas
ukur
Ø Bahan
-
Acid
Salicyl
-
Resorcynum
-
Spir dil
-
Kertas
perkamen
Cara
Pembuatan
1.
Disiapkan
alat
2.
Dibersihkan
alat yang akan digunakan
3.
Kalibrasi
botol
4.
Ditimbang
Acid salicyl dan Resorcinum 3 g
5.
Dimasukkan
Acid Salicyl dan Resorcin ke dalam botol
6.
Ditambahkan
Spir Dil secukupnya, lalu kocok ad larut
7.
Ditimbang
Gliseryn 3 ml dalam gelas ukur menggunakan pipet
8.
Ditambahkan
Gliserin ke dalam botol, kocok ad larut
9.
Ditambahkan
sisa Spir Dil ad 60 ml, kocok ad homogen
10. Di beri etiket
Etiket Biru
APOTEK
“AKADEMI
FARMASI”
JL.
Barito 05 Malang (0341) 491132
Apoteker:
Drs. Ahmad Sarjono.APT.
|
Tgl. 26 november
2012
Sigfried
/ 20 tahun
Oleskan
pada bagian yang luka
OBAT
LUAR
|
Evaluasi
Warna : cokelat
bening
Bau : Etanol
Rasa : -
Kelarutan : Larut
Viskositas : Rendah
Volume : 61 ml
Homogen : Homogen
Kelengkapan Etiket
-
No resep
Pembahasan
Pada praktikum
sediaan dengan bahan Acid Salicyl, Resorsinum, Gliserin dan Spir dil sebagai
pelarutnya, Resorsinum dan gliserin larut dalam air dan etanol sedangkan Acid
Salicil larut dalam etanol dan sukar larut dalam air.
Pada saat
praktikum di labolatorium farmaset ternyata hanya di sediakan Etanol 96%
sedangkan yang di butuhkan adalah Etanol 70% , akhirnya diperlukan pengenceran,
saat mengercerkan terjadi kesalahanyang seharusnya 37 ml Etanol 96% ditambah 14
ml aquades karena membutuhkan 51 ml Etanol 70 %, tetapi mengambbil 30 ml Etanol
96% ditambahkan 21 ml aquades, dari kesalahan tersebut diperkirakankadar yang
di peroleh dari pengenceran tersebut adalah etanol 56,4%, dengan hasil ini
berarti semakin banyak air yang terdapat di dalam larutan etanol tersebut. Jadi
pada formulasi seharusnya Acid Salicyl larut dalam Etanol 70%, tetapi Acid
Salicyl masih dapat larut baik dalam Etanol 56,4% dari hasil evaluasi sediaan
tersebut.
3.3 Suspensi Oral
Dr.
Wahid Hasim
SIP :
01/XII/011101/2012
JL.
Merdeka No 05 Malang
Tlp :
0341 348822
|
Malang,
03 Des 2012
R/ Eritromisin 2 g
PGA
5%
Glyserin
5%
Pewarna Pink qs
Pengaroma Strowberry qs
Aquades ad 50 ml
S3dd1 Cth
Pro : Joko
Umur : 10 tahun
Alamat : JL Majumundur 06 Malang
|
Monogarafi
Ø Eritromisin ( Eritroyicinum ) FI IV hal 157
Pemerian : serbuk hablur putih agak kuning tidak berbau atau
praktis tidak berbau.
Kelarutan : sukar larut dalam air, larut dalam etanol dalam
kloroform dan dalam eter.
Khasiat : antibiotikum ( infeksi saluran nafas ) FI III hal 248
Ø PGA ( Pulvis Gummi Acaciae) FI IV hal 718
Pemerian : serbuk, putih atau putih kekuningan, tidak berbau.
Kelarutan : larut hampir sempurna dalam air, tetapi sangat
lambat, meninggalakan sisa bagian tanaman dalam jumlah sangat sedikit, dan
memberikan cairan seperti mucilago, tidak berwarna atau kekuningan, kental, lengket, transparant,
bersifat asam lemah terhadap kertas lakmus biru, praktis tidak larut dalam
etanol dan dalam eter.
Ø Glyserin ( Glyserolum ) FI IV hal 413
Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna ; rasa
manis ; hanya boleh berbau khas lemah ( tajam atau tidak enak ). Higroskopis ;
netral terhadap lakmus.
Kelarutan : dapat bercampur dengan air dan dengan etanol ; tidak
larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap.
Khasiat : Humectan : Sweetening Agent ( Handbook hal 220)
Perhitungan Bahan
Ø Eritromisin : 2 g
Ø PGA : 5% = x 50 = 2,5 g
Pembuatan mucilago 4 - 6 =
4 bag PGA, 6 bag Aquades
6
: 4 = 1,5
PGA
= 2,5 g
Aquades = 2,5 g x 1,5
= 3,75 ml
Ø Glyserin : 5% = x 50 = 2,5 ml
Ø Pewarna Pink : 9 tetes
Ø Pengaroma Strowberry : 6 tetes
NB ± 0,2 ml/3 tetes
= 9 + 6 = 15 tetes
= 15 : 3 = 5
= 0,2 x 5
= 1 ml
Ø Aquades : 50 ml – ( 2 + 2,5 +
2,5 + 1 )
= 50 ml – 8
= 42 ml
Perhitungan
Dosis
Ø Eritromisin 1xP = 500 mg
1HP = 4 g = 4000 mg
DM/ 1xP =
x 500 mg = 250 mg
DM/ 1HP =
x 4000 mg = 2000 mg
DR/ 1xP =
x 2000 mg = 200 mg
1HP = 200 mg x 3 = 600 mg
% 1xP = x 100
= x 100
= 80 %
% 1HP = x 100
= x 100
= 30%
Alat dan
Bahan
Ø Alat
-
Timbangan
dan anak timbangan
-
Mortir
dan stemper
-
Cawan
penguap
-
Batang
pengaduk
-
Pimpet
Ø Bahan
-
Eritromisin
-
PGA
-
Glyserin
-
Pewarna
Pink
-
Pengaroma
Strawberry
Cara Pembuatan
1.
Disiapakan
alat
2.
Dibersihkan
alat yang akan digunakan
3.
Kalibrasi
botol
4.
Ditimbang
eritomisin 2 g
5.
Di ukur
glyserin 2,5 ml
6.
Dimasukkan
eritromisin ke cawan penguap dan di tambahkan glyserin, di aduk dengan batang
pengaduk ad homogen
7.
Ditimbang
PGA 2,5 g, dimasukkan ke dalam mortir, digerus di tambahkan aquades 3,75 ml di
aduk ad homogen ( terbentuk mucilago )
8.
Ditambahkan
eritromisin yang sudah bercampur dengan glyserin ke dalam mortir yang berisi
mucilago, di aduk ad homogen
9.
Bahan-bahan
yang sudah tercampur dimasukkan ke dalam botol
10. Ditambahkan Pewarna dan Pengaroma
11. Kocok ad homogen, diberi etiket
Etiket Putih
APOTEK
“AKADEMI
FARMASI”
JL.
Barito 05 Malang (0341) 491132
Apoteker:
Drs. Ahmad Sarjono.APT.
|
Tgl. 06 desember
2012 No : 01
Jaka / 10
tahun
3 x
Sehari 1 sendok teh
Sesudah
makan
|
KOCOK DAHULU
|
Evaluasi
Warna : Pink
Bau : strawbarry
Rasa : Rasa Strawberry, tidak terlalu manis
Viskositas : Agak kental
Volume : 48 ml
Homogenitas : Homogen
3.4
Emulsi Oral
Resep Standart IMO hal 134
R/ Ol. Olivae 20
Pulv. Gumm. Arab 10
Sir. Simpl
20
Aquae ad 200
S4.dd.C
Dr.
Wahid Hasim
Sip
: 01/001/10001/2001
Jln.
Merdekam 45 Malang
Telepon
: 0341 556671
|
Malang
12 Des 2012
R/ Ol. Olivae 6
Pulv. Gumm. Arab 3
Sir. Simpl 6
Aquae ad 60
S4.dd.C
Pro
: Djaka
Umur
: 10 tahun
|
Monografi
Ø Ol. Olivae ( oleim olivarum. Minyak zaitun)
FI IV hal 630
Pemerian : minyak berwarna kuning pucat atau
kuning kehijauan terang, bau dan rasa khas lemah dengan rasa ikutan agak pedas.
Kelarutan : sukar larut dalam etanol,
bercampur dengan eter dengan kloroform dan dengan karbondisulfida
Khasiat : zat tambahan, laksatusivum, obat
sembelit
Ø PGA ( Pulvis Gummi Acaciae) FI IV hal 718
Pemerian : serbuk, putih atau putih kekuningan, tidak berbau.
Kelarutan : larut hampir sempurna dalam air, tetapi sangat lambat,
meninggalakan sisa bagian tanaman dalam jumlah sangat sedikit, dan memberikan
cairan seperti mucilago, tidak berwarna
atau kekuningan, kental, lengket, transparant, bersifat asam
Ø Sirup Simpl ( sirup gula ) FI III hal 567
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna
Kelarutan : -
Khasiat
Perhitungan
Bahan
Ø Ol. Olivae : x 60 = 6 ml
Ø PGA : x 60 = 3 g
Aquades = 1,5 x 3 = 4,5 ml
Ø Sirup Simpl : x 60 = 6 ml
Ø Aquades : = 60 – ( 6+3+4,5+6 )
= 60 – 19,5
= 40,5 ml
Alat dan Bahan
Alat
-
Mortir
dan stemper
-
Timbangan
dan anak timbangan
-
Gelas
ukur 100 ml dan 10 ml
Bahan
-
Ol
olivae
-
PGA
-
Sir
Simpl
-
Aquades
-
Kertas
perkamen
Cara pembuatan
1.
Disiapkan
alat
2.
Dibersihkan
alat yang akan digunakan
3.
Kalibrasi
botol
4.
Diukur
aquades 40,5 ml
5.
Ditimbang
PGA 3 g
6.
Diukur
6 ml ol olivae
7.
Dimasukkan
3 g PGA ke dalam mortir
8.
Ditambahkan
6 ml ol olivae, di aduk kuat-kuat ad homogeny hingga menjadi corpus emulsi
9.
Ditambahkan
6 ml sirup simpl sambil di aduk
10. Ditambahkan sedikit demi sedikit aquades
sambil di aduk ad homogeny
11. Di masukkan ke dalam botol, dikocok
12. Diberi etiket
Etiket
Putih
APOTEK
“AKADEMI
FARMASI”
JL. Barito
05 Malang (0341) 491132
Apoteker:
Drs. Ahmad Sarjono.APT.
|
Tgl. 12
desember 2012 No : 01
Djaka / 10
tahun
4 x Sehari 1 sendok makan
Sesudah
makan
|
KOCOK DAHULU
|
Evaluasi
Warna
: putih susu
Bau
: tidak berbau
Rasa
: sedikit pahit
Viskositas
: kental
Volume
: 60 ml
Homogen
: tidak homogen
Pembahasan
Hasil praktikum emulsi kemaren terjadi kerusakan pada
emulsi yang di hasilkan,kerusakan emulsi yang dapat terjadi adalah :
1.
Creaming,
Creaming adalah terpisahnya emulsi menjadi dua bagian, fase terdispersi lebih
bayak dari fase lain, pada proses ini terjadi pemisahan menjadi dua bagian yang
terpisah, bagian yang lebih kaya akan fase terdispersi di sebut krim, sedangkan
bagian yang mengandung lebih sedikit fase terdispersi di sebut skim. Peristiwa
naiknya krim ke permukaan emulsi atau bagian skim tenggelam ke dasar emulsi di
sebut downward creaming, naiknya krim yang terbentuk tergantung pada etensitas
kedua fase, kerusakan ini bersifat reversible artinya dengan pengocokan perlahan
dapat terdispersi kembali
2.
Breaking
atau koalesensi
Koalesensi adalah pecahnya emulsi diakibatkan karena rusaknya lapisan
film yang melapisi partikel atau butiran-butiran emulsi. Sehingga terjadi
pemisahan antara fase minyak dan fase air dan masing masing bersatu sesama
jenisnya.
3.
Inverse
fase
Infers fase adalah perubahan tipe emulsi dari minyak dalam air (o/w)
menjadi air dalam minyak (w/o) atau sebaliknya.
Jadi pada praktikum kemaren terjadi breking karena
fase minyak dan fase air masing masing besatu sesama jenisnya, kemungkinan
terjadi karena kurang maksimalnya pengadukan saat percampuran minyak dan airnya.
Langganan:
Postingan (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.